Dian Yang Malang
Dian adalah seorang gadis lulusan ESP sebuah universitas negeri terkemuka di Palembang. Tubuhnya langsing dan padat. Rambutnya pendek ala Demi Moore. Ia sangat gemar memakai pakaian ketat dan jins ketat. Banyak teman laki-lakinya yang berhasrat menggagahinya. Salah satunya adalah Romi.
Dian memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit. Suatu malam Dian minta Romi mengantarnya ke suatu acara. Dan Romi tahu inilah kesempatan terbaiknya. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk obat perangsang yang sangat kuat, dan sebuah tustel. Maka malam itu sepulang dari acara sekitar jam 9 malam, Romi sengaja mengambil jalan memutar lewat pinggiran kota yang sepi.
Dian terkejut merasakan sesuatu terjadi dalam tubuhnya. Ia merasa terangsang, sangat terangsang. Dian tak tahu Romi sudah mencampur minumannya dengan obat perangsang dosis tinggi. Lelaki itu tersenyum melihat Dian gelisah. Tiba-tiba Romi menghentikan mobilnya ditepi jalan yang sepi.
“Dian, kau mau ini??” Romi tiba-tiba menurunkan retsletingnya, mengeluarkan penisnya yang talah mengeras dan membesar. Dian menatapnya terkejut, tubuhnya lemas tak berdaya,
“J.. Jaangan. Romi. Aku.. Harus balik.”
Romi menarik kepala Dian, menundukkan gadis itu, menghadapkannya pada penisnya. Dian tak bisa menguasai dirinya, langsung membuka mulutnya dan segera saja Romi mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Dian.
“Akhh..” Romi mengerang nikmat.
Dian menangis tak berdaya menahan gejolak nafsunya. Romi mulai menggerakkan kepala Dian naik turun, mengocok penisnya dengan mulutnya. Suara berdecak-decak liur Dian terdengar jelas. Tiba-tiba Romi menjambak rambut Dian hingga Dian tersandar kembali ke jok.
“Sudah..! Romi!! Sudah..!” Dian menangis sesenggukan, terengah-engah.
Tubuhnya lemas. Romi dengan cepat menarik kaos ketat Dian hingga lepas. Dada Dian yang kencang menculat keluar. Kemudian ia menurunkan retsleting jins Dian dengan tak sabar, memelorotkannya hingga lepas. Tubuh Dian yang langsing dan sintal itu kini hanya dibalut bra dan celana dalam katun hitamnya. Membuat Romi semakin bernafsu.
“Oii Dian, kau ni seksi nian. Aku ingin nelanjangi kau..”
Romi menarik Dian dan melentangkannya di jok belakang kijang itu. Dian hanya mampu manangis sambil terengah engah. Romi menarik celana dalam Dian dengan cepat, kemudian menarik putus branya. Dian telanjang bulat. Kemudian Romi mengambil sebuah tustel dan memfoto Dian beberapa kali. Romi membukai pakaiannya sendiri dengan bernafsu.
Dian terus menangis tak berdaya melihat kemaluan Romi yang besar dan panjang. Romi mulai mengangkangkan kaki gadis itu kemudian menindihi Dian dengan bernafsu. Payudara Dian yang kejal dan kencang disedot sedotnya hingga tubuh Dian menggeliat geliat tak menentu.
“Ahh.. R.. Romi.. S.. Sudahh.. Jangan..”
Melihat Dian menggeliat-geliat, menangis tak berdaya antara menikmati dan ingin berontak membuat Romi semakin bernafsu. Sementara mulutnya sibuk mengulum mulut Dian, Romi mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Dian. Dian hampir menjerit ketika tiba-tiba Romi menekan pinggulnya keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam tubuh Dian. Romi mulai menggenjot gadis itu. Kedua tangan Dian ditekannya di atas kepala Dian di atas jok, sementara ia mengayun, menyetubuhi Dian dengan kasar dan bersemangat.
“Ohhs.. Shh. Oh. Dian. Luar biasa.. Ssh..” Romi mendesis desis nikmat.
Dian hanya bisa menangis tak berdaya, tubuhnya terguncang-guncang kasar, kijang itu terasa ikut berderit-derit bergerak mengikuti gerakan mereka berdua. Tiba-tiba Dian merasakan seluruh tubuhnya mengejang dalam kenikmatan. Dian mengerang dan menjerit keras, kemudian lemas. Ia orgasme. Sementara Romi tidak peduli terus menggenjot Dian dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Dian yang mengalir deras.
Romi berhenti bergerak kemudian membalik Dian, menengkurapkankannya. “Sss.. Sudah Romi. Sss sudah.. Jangan.”
Dian hanya bisa memohon dan menangis pasrah.
Romi tidak peduli, ia mulai membukai lubang anus Dian dengan jari-jarinya. “Aku ingin nyodomi kau Dian.. Tahan.” Romi terengah-engah bernafsu.
Dian menahan nafas ketika dirasakannya kepala penis Romi yang besar mulai memaksa membuka lubang duburnya yang sempit.
“AAKKHH!! Ampunn. R.. Romi.. AkhhH!! SAKIT!!” Dian meronta hingga Romi terjatuh dari jok.
Secara reflek Dian membuka pintu mobil dan berlari keluar, namun perih di selangkangannya membuatnya limbung dan tersungkur di semak belukar. Mereka berada dipinggiran kota Palembang yang gelap dan penuh belukar. Romi segera menyergap dari belakang, memiting tangan Dian kemudian mengikatnya. Kemudian menyusul kedua kakinya. Dian tertelungkup tak berdaya, menangis memohon,
“Ampun Romi.. Jangan..”
Tanpa menunggu lagi Romi kembali menindih punggung Dian, kemudian memaksakan penisnya masuk ke lubang dubur Dian.
“AKHH!!” Dian menjerit kesakitan ketika Romi mendesak masuk, senti demi senti.
“Nikmati bae Diann.. H!” Tiba-tiba Romi menekan dengan keras, membuat seluruh batang penisnya masuk ke dubur gadis itu.
Tubuh Dian mengejang kesakitan. Pandangannya berkunang-kunang menahan sakit. Walaupun penis Romi sudah dibasahi cairan vaginanya, masih tetap terasa seret dan kesat. Kini Romi mulai mengeluarmasukkannya, dan setiap ia bergerak tubuh Dian mengejang kesakitan. Dian menangis dan mengerang kesakitan, namun hal itu malah membuat Romi semakin bernafsu menyodominya dengan kasar. Akhirnya Dian lemas dan hanya bisa merintih kesakitan. Dian di sodomi ditepi jalan, diatas semak belukar.
Tiba-tiba sekelebat cahaya senter membuat Romi yang tengah bernafsunya berhenti. “Hei! Lagi ngapain itu!!” Tiga orang bertubuh tegap muncul.
Romi segera mencabut penisnya kemudian berdiri. Dian ambruk kesakitan. Dian hanya dapat melihat keempat lelaki itu berbicara tak jauh darinya, menunjuk-nunjuk dirinya sambil tersenyum-senyum. Tiba-tiba Romi menarik tubuh Dian, mendudukannya, sementara ketiga orang tadi tiba-tiba membuka celana masing-masing.
“Tolong Pak. Aku diperkosa lanang inii!!”Dian memohon mohon.
Tapi salah seorang dari orang itu tiba-tiba menjambak rambutnya kemudian mengarahkan penisnya kemulut Dian.
“Aku dak peduli! Sekarang kulum punyo aku ini! kalau tidak kutembak disinila!!”
Dian menangis ketakutan, ketiga orang itu malah minta jatah. Dengan terpaksa Dian mulai mengulum dan mengemut batang penis milik orang itu, sementara dua rekannya dan Romi mendekatinya.
Orang itu menarik kepala Dian lepas dari penisnya. Penisnya sudah menegang penuh, besar dan panjang. Mereka membentang terpal ditepi jalan, kemidian orang itu melentangkan tubuhnya. Temannya mengangkat tubuh Dian dan mengangkangkannya diatas rekannya tadi. Ketika penisnya tepat berada di vagina Dian, mereka menarik tubuh Dian hingga penis orang itu masuk dengan lancar ke selangkangan Dian.
Dian menangis ngilu dan perih. Dian ditengkurapkan. Sementara vaginanya terus dipompa dari bawah, seseorang dari mereka memaksa Dian membuka mulutnya dan mengulum penisnya. Kepalanya dipegang erat-erat kemudian digerakkan maju mundur dengan kasar. Sementara yang satu lagi meremas remas kedua payudara Dian, memilin-milin putingnya yang coklat dan runcing. Romi tiba-tiba berlutut di belakang Dian, kemudian kembali memaksa masuk ke dubur Dian. Tubuh Dian menegang dan mengejang kesakitan. Jeritannya tertahan karena mulutnya tersumbat penis.
Dian hanya bisa menangis dan mengerang merintih tertahan. Romi mulai memompa dubur Dian dengan bernafsu. Bergiliran dengan orang yang memompa vaginanya dari bawah. Tiba-tiba Romi mengerang dan menekankan penisnya sedalam-dalamnya ke dalam anus Dian, bersamaan dengan itu Dian dapat merasakan semburan spermanya mengisi duburnya. Belum sempat Dian bernafas normal, seorang yang tadi sibuk dengan payudaranya menggantikan posisi Romi, menduburinya dengan kasar, dengan bantuan sisa sperma Romi di anusnya. Peluh sebesar jagung mengalir disekujur tubuh Dian, bercampur dengan peluh pemerkosanya.
Romi mengambil tustel di mobilnya kemudian memfoto adegan Dian yang diperkosa tiga lelaki
bersamaan, disemua lubang ditubuhnya, vagina, anus dan mulutnya. Dian yang telanjang bulat tengkurap diatas pemerkosanya yang memeluknya erat, sementara seorang lagi yang tengah mengerjai duburnya dengan semangat mencengkeram pinggulnya, dan seorang lagi menjambak rambutnya memaju mundurkan kepalanya, memaksa Dian mengulum penisnya.
Hingga tiba-tiba kepala Dian dipegang erat, penis dimulutnya dimasukkan hingga ke tenggorokannya, kemudian cairan sperma mengalir deras mengisi rongga mulutnya.
“Telenn!! Semua! Cepat! Aakhh!” Dian gelagapan tak bisa bernafas terpaksa menelan semua cairan kental itu. Kemudian lagi-lagi cairan sperma memuncrat mengisi dubur dan vaginanya. Dian pingsan. Ketika sadar ia sudah didalam mobil, berpakaian lengkap, Romi menyeringai disebelahnya.
Seminggu setelah kejadian di tepi sungai Musi itu, Dian tengah menunggu rumahnya di daerah pasar 27 Palembang itu sendirian. Seluruh isi rumah pergi menginap di Kertapati karena ada acara keluarga, kecuali 2 keponakannya yang masih berumur 5 tahun. Jam 9 malam ketika Romi tiba-tiba muncul.
“Pergi dari sini!” Dian berusaha mengusir Romi.
Namun dengan santai romi mengeluarkan beberap lembar foto dan diletakkannya di atas meja. Gadis ini miliknya, dan entah mengapa ia sangat terangsang jika melihat Dian tersiksa.
Dian terpucat melihat foto-foto yang diletakkan Romi diatas meja. Itu foto telanjangnya dan foto-foto adegan ketika ia digagahi beramai-ramai oleh orang malam itu.
“Nah, Dian sekarang nurut bae.. Tenang bae, aku janji tidak maen kasar.” Romi menyeringai sambil mengelus paha Dian.
Dian memang disuruh menjaga rumah itu sendirian bersama kedua ponakannya yang masih kecil yang sudah tidur. Hujan turun deras membuat udara malam itu dingin menggigit. Dian diam pasrah ketika Romi menariknya ke belakang.
“Tenang be Dian, kalau tidak nurut foto kau, kusebarkan di kampung kau. Biar tahu kalau kau biso dipakek.”
Romi menarik Dian kedapur, pintu depan belum ditutup. Dian mendesis tak berdaya. “Tenang bae, Dian. Aku cuma sebentar..”
Romi mulai meraba-raba payudara Dian yang kencang, Dian memang sudah bersiap tidur hanya mengenakan t shirt dan celana pendek saja. Puting susu Dian yang runcing tampak menonjol keluar ketika Romi terus menggerayangi dada Dian. Dian me ng gigil ketika baju kaosnya ditarik ke atas lepas oleh Romi. Dengan tangannya Romi menarik tangan Dian yang berusaha menutupi dadanya yang telanjang kemudian mulai menggerayangi payudara gadis itu dengan mulut dan lidahnya.
Dian hanya dapat tersandar ketembok yang dingin sambil meringis-ringis ngilu ketika Romi menggigiti putingnya sementara tangannya dengan leluasa memelorotkan celana pendek Dian hingga jatuh ke lantai. Romi terbelalak melihat celana dalam sutra Dian yang berwarna putih dengan motif bunga itu begitu mini dan seksi. Tanpa menunggu lagi jilatan Romi turun ke perut Dian yang rata, pusarnya, kemudian lambat laun celana dalam Dian menyusul jatuh ke lantai. Romi melempar semua busana Dian jauh ke sudut. Dengan sedikit paksaan Romi membentang paha Dian kemudian menjilati vagina Dian
“Ohkk..” Dian terdongak merintih ngilu, antara rasa nikmat, marah dan malu menguasai dirinya ketika kedua tangan Romi mencengkeram pantatnya, membuka lebar vaginanya kemudian menjilatinya dengan bernafsu. Nafas Dian terengah-engah tak terkendali mencoba menahan dirinya agar tidak terangsang.
Romi berdiri kemudian membuka baju dan celananya, hingga pakaian dalamnya, kemudian memegang penisnya yang panjang dan besar.
“Isep Dian, ayo. Kalau tidak ingin dikasari.”
Dian terpaksa berlutut dihadapan Romi, kemudian mulai menjilati batang penis Romi. Dian memejamkan matanya kemudian mulai mengocok Romi dengan mulut dan lidahnya. Romi menjambak Dian kemudian menggerakan kepala Dian maju mundur, menyetubuhi mulutnya. Suara berdecak-decak terdengar jelas disela deras air hujan. Dian berusaha semampunya agar Romi puas dan berhenti, ia menjilat, mengulum, mengocok sebisanya, mengingat film-film BF yang pernah dilihatnya. Romi mengerang-erang nikmat, tubuhnya sampai tersandar ke meja dapur,
“Ahh. Ohh. Diann. Kau memang seksi dan pintar.. Ohh..”
Tiba-tiba Romi menarik tubuh Dian kemudian mendudukkannya di atas meja pantry. Dian hanya diam sambil terengah-engah ketika Romi mengangkangkan kedua pahanya kemudian mulai menekan pinggulnya. Dian meringis ngilu ketika penis Romi yang keras dan besar itu menerobos vaginanya. Romi mulai menyetubuhi Dian, memperkosanya dengan bertubi-tubi. Dian hanya mendengus-dengus menahan diri. Kedua tangannya mencengkeram pinggiran meja dengan kencang. Peluh membasahi tubuh mereka berdua. Dian memejamkan matanya berharap Romi selesai, sementara lelaki itu terus menyentak-nyentak, mengeluar masukkan rudalnya ke dalam tubuh Dian yang padat dan langsing.
Dian terperanjat ketika membuka matanya, Ada lima lelaki bertubuh besar telanjang bulat di dapur itu! Ternyata Romi membawa teman-temannya dan mereka menunggu di mobil.
” Apa-apaan ini, Romi!!” Dian berontak melepaskan diri.
Tapi ia tersudut disudut ruangan. Keenam lelaki itu mengepungnya.
“Sudahlah Dian. Kalau kau njerit tidak ada yang denger jugo. Paling ponakan kau tula. Pintu depan la kami kunci, lampu la kami matike. Kau pasti dikiro sudah tidur.. He.. He. Nurut bela.., aku janji tidak kasar, entah kawan-kawan akuni..!”
Romi dan kelima temannya menyeringai bernafsu. Tubuh Dian lemas, ia tak dapat melakukan apa-apa lagi selain pasrah. Tangannya ditarik ketengah ruangan, kemudian disuruh berjongkok.
“Ayo! Sedot punyo kami sikok-sikok!”
Enam batang penis disodorkan diwajah Dian. Dan sambil menangis Dian terpaksa mulai meng’karaoke’nya bergantian.
“Ohh.. Hebat nian Romi, betino kauni!!” “Akhh. Aku.. Nak. Keluarr..”
Srett.. Srrtt..
Kepala Dian dipegangi beramai-ramai sehingga ia terpaksa menelan sperma mereka satu demi satu.
“Kato kau segalo lubang Dian ni biso dipakek?” “Iyo! Ayo kito juburi rame-rame..!!”
Dian menangis mendengarnya, “Jangann.. Ampun.. Sakit..”
Dengan cepat mereka menarik tubuh Dian dan menengkurapkannya di lantai. Kelima lelaki itu mengeroyoknya, ada yang memegangi tangannya, menahan kakinya dan menunggingkan pantatnya, ada yang menahan kepalanya hingga Dian benar-benar tak dapat bergerak. Salah seorang dari mereka mengambil botol minyak goreng di dekat kompor.
“Kami baik kok, Dian, biar tidak sakit, kami minyaki dulu.”
Yang lain tertawa tawa, Dian dapat merasakan minyak goreng itu dituangkan dibelahan pantatnya, kemudian terasa jari jemari mereka mengusap-ngusap pantatnya, membukai lubang anusnya kemudian menusuk-nusuknya beramai-ramai. Dian menangis dan merintih nyeri ketika lubang anusnya dibuka paksa oleh jari-jari itu. Setelah dirasa cukup salah seorang dari mereka mulai berlutut dibelakang Dian tepat dibelahan pantatnya.
Dian hanya dapat melolong dan menangis tak berdaya ketika dirasakannya batang kemaluan itu melesak masuk ke duburnya.
Dian mulai disodomi dilantai dapur itu. Sebuah penis disodorkan diwajahnya. “Isep dulu Dian, kalau tidak kami sodomi serempak tigo!!”
Dian terpaksa mulai megulum-ngulum penis lelaki yang berlutut dihadapannya. Sementara lelaki yang dengan kasar menyodominya terus menyentak-nyentak. Dian melihat sekilas salah seorang dari mereka mengambil sebuah terong panjang besar berwarna ungu dari kulkas. Tibatiba dirasakannya sesuatu yang dingin dan keras menerobos vaginanya.
“Nghh..!!”
Dian hanya mampu melenguh perih karena mulutnya terbungkam. Seorang lelaki mengeluar masukkan terong itu ke vaginanya sementara duburnya disodomi.
“Biar tepakek galo lubangnyo!!”
Mereka tertawa-tawa puas. Tiba-tiba lelaki yang sedang menyodominya mengerang dan menyodok dengan keras. Dian dapat merasakan cairan sperma yang hangat tumpah di anusnya. Kemudian rekannya segera mengambil alih posisinya menyodomi Dian. Tiba tiba lelaki yang dari tadi di’karaoke’ oleh Dian berbaring terlentang, dengan isyarat ia me mi nta teman-temannya menarik Dian ke atas tubuhnya. Kemudian menarik tubuh Dian hingga penisnya masuk ke vagina gadis itu. Bless.
“Aarhh..!!” Dian mengerang kesakitan, sebelum sebuah penis lagi maenyumbat mulutnya.
Dian kembali diperkosa tiga orang sekaligus. Payudaranya diremas-remas dengan kasar hingga Dian merasakan sakit bukan hanya dari dubur dan vaginanya yang dikocok paksa tapi juga dari buah-dadanya yang dipilin dan diremas dengan kasar. Tiba-tiba kedua tangannya ditarik kemudian dilumuri minyak sayur. Kemudian dipegangkan pada penis dua lelaki lain. Dian tertelungkup, dipeluk erat dari bawah, sementara vaginanya dipompa dengan kasar, seorang lagi menyodominya seperti binatang, seorang lagi memaksanya menghisap penisnya, menyetubuhi mulut Dian dengan menjambak rambutnya, sedangkan dua lagi minta dikocok dengan kedua tangan Dian.
Dan setiap salah seorang mencapai kepuasan, yang lain segera menggantikan posisinya, hingga pagi menjelang. Matahari mulai muncul ketika Romi menyentak-nyentak dubur Dian dengan keras dan”Oohh..”Ia menyemburkan spermanya dipantat Dian. Dian pingsan. Ia tertelungkup telanjang bulat diatas lantai. Sperma berlepotan di perut, punggung dan wajahnya.
Mereka tidak sadar jendela terbuka dengan lampu menyala. Beberapa pemuda di rumah sebelah menyaksikan semuanya. Bahkan mereka memfoto dan memfilmkan kejadian itu. Bahkan dengan aneh, Romi membiarkan pintu dapur terbuka ketika pulang.
Keenam pemuda berandal itu segera bergegas ke rumah Dian. Dian baru saja sadar. Dubur dan vaginanya perih. Ia tertelungkup di lantai dapurnya, telanjang. Sperma kering berceceran di sekujur tubuhnya. Ia tersentak ketika lampu blits menyala. Betapa terkejut Dian melihat enam pemuda tetangganya berdiri mengelilinginya, sibuk memfoto tubuh telanjangnya sambil menyeringai.
“Kami liat galo Dian.”
Mereka tersenyum mesum sambil menatap tubuh Dian. “Ternyata kau biso dipeke jugo..”
Dian menangis tak berdaya ketika mereka membopong tubuhnya ke kamar tidurnya. Tubuhnya masih lemas. Dengan mudah tubuhnya ditelungkupkan diatas ranjangnya.
“Jangann. Gek ponakan aku bangun.. Jangan..” Dian menangis tak berdaya.
Ia tahu mereka tak segan-segan menyebarkan fotonya. Jika itu terjadi entah bagaimana nasibnya di kampung itu.
“Diem Dian, gek kami jago supayo mereka dak masuk. Sekarang nurut bae..”
Seseorang dari keenam pemuda itu membuka ccelananya. Mengangkat pantat Dian. Kemudian mulai menyodomi anus Dian.
“Uhh uhh! Uhh!” seperti binatang ia mulai menyentak-nyentak dubur gadis itu.
Wajah Dian terbenam diatas kasur, meringis dan menangis tak berdaya, sementara kelima pemuda lain telah membuka celana masing-masing sambil mengocok kemaluannya memperhatikan Dian yang terengah engah tak berdaya. Anusnya perih dan kesat. Hingga tibatiba pemuda itu menekan keras. Dian menggigit seprei menahan sakit. Sperma pemuda itu muncrat mengisi anus Dian, bertubi tubi.
“Aaahh.. Alangkah enaknyoo.”
Ia terkulai lemas. Menarik penisnya dari anus Dian. Begitu pemuda pertama selesai, yang kedua segera mengganti posisinya. Menyodomi Dian dengan brutal. Dian hanya bisa melolong tertahan. Tertelungkup sambil menggigit sepreinya kencang. Keenam pemuda itu menggilir Dian di pantatnya. Cairan sperma kental mengalir keluar dari duburnya, bahkan ketika pemuda terakhir mencabut penisnya, Dian tak sadar mengeluarkan kotorannya. Muncrat bersamaan dengan sperma pemerkosanya.
Mereka berenam tertawa. Dian lemas ketika dilentangkan. Kemudian lelaki yang selesai meyodominya tiba-tiba duduk didada Dian,
“Ayo suruh ngisep taiknyo dewek!” penisnya yang berlumuran kotoran Dian yang kental kuning dan bau itu disodokkan ke mulut Dian. Sementara rekannya yang lain memeggangi kepalanya. Dian terbelalak dan meronta ronta. Lelaki itu menyetubuhi mulutnya. Dan Dian dapat merasakan cairan asam, pait dan busuk itu memenuhi mulutnya. Dian meringis menahan
muntah. Tapi mereka tak peduli. Dian tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya. Keenam pemuda itu segera keluar. Diluar suasana mulai ramai.
“Dian, kalau tidak galak diglir sekampung, layani kami berenam!! Setiap kami ingin!” Ancam mereka. Dan Dian hanya sanggup menangis. Sejak kejadian malam itu Dian tak menyadari bahwa foto-fotonya sengaja disebar semua pemuda berandal di kampungnya. Dan Dian tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
Hari menjelang malam, ketika Dian pulang terburu buru melewati gang sempit itu. Tiba-tiba lengannya dicekal. Tono, salah seorang yang memegang fotonya menarik Dian ke balik pagar seng kumuh.
“Jangan Kak. Dak galak aku.” Dian menangis ketika melihat Tono sudah memelorotkan celananya.
“Terserah, kalau dak galak kusebar ke foto kau, biar lanang sekampung tahu kau biso dipake” Dian dipaksa berjongkok.
“Ayo, isep.”
Dian dipaksa mengoral Tono. Tempat itu adalah bekas pembuangan sampah yang sudah dipagari seng. Dian dengan jengah memasukkan penis Tono ke mulutnya, kemudian mulai menyedot dengan cepat, berharap Tono segera ejakulasi. Tono mencengkeram kepala Dian yang bertopi itu kemudian menyetubuhi mulutnya. Diluar rumah Dian memang mengenakan topi. Dan hal itu malah semakin membuatnya merangsang.
“Pelorotkan jins kau Dian..”
Tono menarik Dian berdiri. Dian memang mengenakan kaos ketat dan jins ketat, walaupun berkerudung. Dian menangis, tapi ia tahu percuma membantah. Perlahan ia membuka kancing jinsnya kemudian menurunkan retsletingnya. Tono menelan ludah ketika jins itu merosot ke mata kaki. Dian mengenakan celana dalam mini berenda.
“Ayo, nunduk! Cepat.”
Dian dipaksa berpegangan pada sebuah bekas meja. Kemudian celana dalamnnya dipelorotkan menyusul jinsnya. Tono telah ngaceng berat. Tanpa ba bi Bu lagi ia menyodokkan penisnya ke vagina Dian dari belakang.
“Ukhhnnghh. Nghh!” Dian merasa ngilu di selangkangannya. Tono merasakan vagina Dian yang kering dan kesat menjepit penisnya, menimbulkan kenikmatan.
“Jeritlah kalau berani Dian. Uh! Uh! Uh!”
Tono mulai menyetubuhi Dian. Menyodok nyodok Dian hingga tubuhnya tersentak sentak. Dian mencengkeram pinggiran meja itu keras, menggigit bibirnya menahan jeritan kesakitan. Di samping seng terdengar beberapa orang lewat. Dian mati-matian menahan jgn sampai bersuara. Tono yang melihat itu semakin bernafsu memperkosa Dian. Kaos Dian digulungnya hingga leher sehingga ia bebas meremas remas payudara Dia n yang bundar menggantung. Bahkan Tono mencabut penisnya dan memindahkannya ke lubang dubur Dian.
“Ngngkh!! Nghh!!” Dian menggigit bibirnya.
Hampir terjerit. Dan Tono menungganginya seperti anjing. Hingga, croott.. Crrt.. Crrt. Spermanya memancar mengisi dubur Dian. Tono meremas buah pantat Dian dengan keras. Ia mencabutnya perlahan.
“Ohh.. Nikmat Dian. Besok lagi yo he he he.” Tono membenari celananya sambil menyeringai. Meninggalkan Dian yang terduduk lemas. Jin dan celana dalamnya di mata kaki.
Dian pamit menginap dirumah temannya malam itu. Walaupun hari sudah malam ia nekad naik bis kota. Awalnya bis itu ramai. Tapi ketika memasuki km 7 yang mulai sepi isi bis itu hanya 6 orang pemuda ditambah kenek dan sopir.
“Eh Dian! Kebetulan.”
Dian terkejut. Keenam pemuda itu kebetulan yang memiliki foto dirinya. Dian segera mengetuk kaca supaya bis berhenti. Terlambat. Sopir dan kenek bis ikut menyeringai menatapnya. Dian menangis menyadari ia berada di kandang macan.
“Ayo!”
Dian ditarik ke tengah bis. Tanpa aba-aba keenam pemuda itu telah mengerubungi gadis itu. Menarik kerudungnya lepas, sebagian memelorotkan jinsnya dan melepas kaosnya. Dian meronta-ronta. Lampu bis itu menyala. Walaupun berada di pinggiran kota yang sepi orang dari luar dapat melihat jelas ia ditelanjangi. Tapi keenam pemuda itu terus memeganginya. Ia memakai bra dan celana dalam berenda biru yang kontras dengan kulit putih dan tubuh langsingnya.
“Jangan kak.. Dijingok uwong.”
Dian menangis tak berdaya sementara tangan-tangan kasar itu menggerayangi tubuhnya, meremas buah dadanya, pinggul dan selangkangannya. Menyelusup di underwearnya. Tiba-tiba bis berhenti menepi. Diluar hutan. Sopir dan kenek ikut mengerubunginya. Dian dikeroyok 8 laki-laki yang haus birahi. Sementara kedua tangannya dipegangi, celana dalam dan branya dilepas. Dian telanjang bulat ketika digotong keluar. Dian dipaksa memeluk sebuah batang pohon kemudian tangannya diikat melingkari pohon tersebut dengan tali branya sendiri.
Dan mulailah mereka bergiliran menyetubuhi Dian. Tubuhnya agak ditundukkan, kakinya direntangkan. Dan mereka menungganginya bergiliran. Dian hanya dapat memeluk pohon itu erat. Ia diperkosa sambil berdiri agak tertelungkup. Payudaranya yang menggantung diremasremas kasar. Bahkan setelah puas menggagahinya, mereka bergiliran pula menyodomi gadis itu. Dian dijadikan alat pemuas nafsu oleh 8 lelaki. Ketika lelaki ke-8 selesai meyodominya, Dian pingsan.
Ia terbangun masih terikat telanjang bulat di pohon itu. Hari mulai pagi. Mulutnya dibungkam dengan celana dalamnya sendiri. Tangannya diikat dengan branya. Disebelahnya ada tasnya. Dengan KTP yang diletakkan dan dompet yang dibuka. Semua dapat melihat siapa namanya, juga alamatnya. Dan sebuah kertas diletakkan ditanah. Tertulis besar.
“Namaku Dian, juburi aku, perkosa aku, gratis!”
Dian panik dan meronta. Ia berada di tepi jalan. Seketika sebuah truk orang berhenti melihat gadis telanjang, siap menungging. Sekompi orang turun sambil tertawa dan menyeringai bernafsu.
“Ayo kita kabulkan permintaan gadis ini!!”
Dian berusaha meronta ketika orang pertama berdiri di belakangnya, kemudian mulai menggagahinya bertubi tubi.
“Mmmffhh!! MMhh!! Nghh!”.
Ketika sadar Dian mendapatkan dirinya di pinggiran kota Palembang. Tergeletak di tepi jalan dengan berpakaian lengkap. Tanpa pakaian dalamnya.
Malam tahun baru. Dian menghabiskan waktunya di keramaian bundaran air mancur di kota Palembang bersama teman-temannya. Suasana sangat ramai. Ia tak tahu beberapa pasang mata mengikuti gerak geriknya.
“San, aku nak kencing dulu!”
Teriaknya diantara hingar bingar suara massa dan terompet, teman-temannya mengangguk sambil terus bersenang-senang. Dian bergegas menerobos kerumunan dan mencari WC umum yang terletak di belakang monumen. Beberapa lelaki mengikutinya. Dian baru saja menunaikan hajatnya ketika mendadak pintu didobrak. Ia menjerit ketika beberapa laki-laki mencengkeramnya, menarik dan membopong tubuhnya keluar. Celana dalam dan jinsnya masih menggantung di betisnya. Mulutnya dibungkam dan ia dibopong ke taman yang cukup gelap.
Dian ditelungkupkan diatas rumput. Sementara kedua tangannya dipegangi, sesuatu yang keras melesak di duburnya. Dian menjerit kesakitan, namun suaranya tersamar oleh teriakan keramaian yang hanya berjarak 5 meter dari tempatnya diperkosa. Dian dapat merasakan jins dan celana dalamnya dilepas. Kemudian blus ketatnya ditarik paksa, juga kerudungnya.
Dia ditelanjangi di tempat umum. Dian merasakan lelaki yang menyodominya menyodok lebih dalam dan deras sebelum ia bergetar dan cairan spermanya memancar mengisi anusnya yang perih. Dian hanya mampu menangis. Kini kedua tangannya diikat ke pohon bougenvil dengan branya sendiri, terentang lebar. Ia tertelungkup dengan posisi menungging.
“Ayo, giliran.” terdengar suara laki-laki.
Mata Dian ditutup dengan kerudungnya sendiri. Ia benar-benar tak berdaya. Tak tahu siapa saja yang akan memperkosanya. Seseorang mulai menungganginya lagi, menyetubuhinya dari belakang. Pinggulnya dicengkeram keras. Setelah selesai, beberapa jari te rasa membukai lubang anusnya lagi, kemudian seseorang mengisinya dengan minyak goreng.
“Biaar dak sakit Dian.. Kau jadi lonte malam ini. He he he.”
Dian menjerit jerit ketika sesuatu yang keras lagi-lagi melesak di dubburnya dan menyentaknyentak. Para tukang becak, sopir angkot, dan kuli-kuli berkumpul mengantre menyodomi Dian. Sementara Budi dan kawan-kawan, pemuda yang memergoki Dian waktu pertama mengawasi dengan puas. Setiap lelaki membayar seribu rupiah untuk membuang sperma mereka di anus dan vagina Dian malam ini. Bahkan beberapa diantara mereka memaksa menyetubuhi mulut Dian dan menyemprotkan spermanya dimulut gadis itu. Budi benar-benar puas mlihat Dian tak
berdaya seperti itu. Bahkan ia pergi ke bundaran yang masih ramai dan mengundang para pemuda tanggung untuk memakai Dian. Dian terikat diatas rumput dengan posisi yang benarbenar siap pakai. Maka para pemuda itu mengantre pula menyodomi Dian. Segera saja taman gelap itu menjadi ramai. Setiap selesai memakai Dian, mereka pergi bercerita pada rekan lain. Bahkan seorang pemuda dari Kertapati langsung menelpon rekan-rekannya dengan HP.
Tiga mobil kijang yang penuh pemuda segera tiba. Bebrapa bahkan masih SMP. Budi semakin bernafsu. Lelaki yang mengantre Dian semakin ramai. Bahkan mereka tidak sabar dan memakai Dian beramai-ramai. Teriakan dan tangisan Dian semakin membuat mereka bernafsu. Dian dipakai ketiga lubang tubuhnya sekaligus. Sementara tubuh telanjangnya dilentangkan dibangku taman, kedua kakinya dikangkangkan lebar, sehingga para pemerkosanya dengan leluasa menyetubuhi vagina dan anusnya sesuka hati. Sementara kepalanya yang terjuntai diujung bangku sengaja dipegangi dan mereka menytubuhi mulutnya. Sementara kedua tangannya terus dipegangi dan kedua payudaranya disudot kanan kiri. Dian beberapa kali hampir mati tersedak ketika mulutnya disetubuhi dengan brutal. Mereka terkadang sengaja menutup hidung Dian sambil menekankan penis mereka ke dalam mulutnya.
Dan semakin Dian panik karena tak bisa bernafas mereka semakin bernafsu. Pemerkosaan semakin brutal ketika serombongan tukang becak yang mabuk mengeroyok Dian. Sementara mulut, vagina dan anusnya disodok-sodok, buah dadanya digigiti dan diremas kasar, bahkan perut Dian yang rata dan mulus dipukuli hingga Dian hampir pingsan. Akibatnya ketika penis ditarik dari anusnya, kotoran Dian ikut muncrat tak terkendali.
Dian benar-benar dilecehkan. Ia diperkosa, disodomi, dan dipaksa oral sex bergiliran oleh puluhan lelaki ditengah taman kota, ditengah keramaian, dan kini ia dipaksa membuang hajat. Siksaan terakhir adalah ketika tukang becak itu memegangi tubuh telanjang Dian diatas rumput. Kedua tangan dan kakinya direntangkan lebar. Sementara yang lain memegangi kepalanya dan memaksa Dian membuka mulut lebar-lebar. Saat itulah salah seorang darri mereka menyendoki kotoran Dian dari anusnya kemudian menjejalkan ke mulutnya. Dian dipaksa memakan taiknya sendiri.
Bahkan ketika Dian menolak mereka lagi-lagi memencet hidung Dian hingga tak bisa bernafas, Dian menjerit histeris tak berdaya ketika dirasakannya taiknya yang asam, pahit dan busuk itu masuk ke tenggorokannya.
Para penyiksanya tertawa puas. Seorang dari mereka memasukkan penisnya kemulut Dian dan dengan lancar kencing dimulutnya. Sementara yang lain memegangi Dian dengan erat. Dian benar-benar diperkosa dan dilecehkan habis-habisan malam itu.
Ketika polisi datang jam 4 pagi pemerkosaan itu baru berhenti. Mungkin ada sekitar 100 penis yang sudah dijejalkan pada mulut, anus dan vaginanya. Dian pingsan tak berdaya, sekujur tubuh dan wajahnya penuh sperma kering.