Aku terbangun saat merasakan ada tangan yang menggerayangiku. Aku melihat Willi berjongkok di samping tempat tidur ku dengan sebelah tangan disusupkan ke bawah baju tidur ku yg tipis dan sebelahnya lagi hilang dalam celana boxernya. Terkejut bukan main, kutepiskan tangannya. Di sampingku, tampak suamiku tidur membelakangi aku. Setengah berbisik aku marah pada Willi.
“Jangan gila, Wi. Kalo ketahuan abangmu, aku bisa jadi janda beneran” Tapi yang kulihat Willi hanya senyum2 saja, malah sekarang tangannya mulai meraba2 pahaku.
Aku memang ‘selingkuh’ dengan adik iparku. Tapi hanya sebatas pada permainan seks. Aku tak pernah punya perasaan padanya. Tapi aku tidak bisa menolak tongkat ajaib dibalik boxernya. Nikmatnya lain dari kepunyaan suamiku. Mungkin bagi sebagian BF-ers, sudah membaca bagaimana pertama kali aku ‘selingkuh’ dengan adik iparku.
Biasanya aku bercinta dengan Willi saat Pandu, suamiku, tidak ada. Tapi kali ini Willi benar2 gila. Tengah malam begini dia masuk ke kamarku dan menggerayangi aku yang sedang tidur di samping suamiku. Aku juga heran bagaimana Willi bisa masuk karena biasanya aku selalu mengunci pintu kamar saat akan tidur. Ini kulakukan karna aku malas berpakaian setelah bercinta dengan Pandu dan Pandu pun tahu sifatku. Dia selalu membiarkanku tidur telanjang.
Malam ini, setelah adu mulut dengan suamiku, acara bercinta pun terkorbankan. Masalah sepele akhirnya membuatnya tidur membelakangiku. Aku yang merasa tidak bersalah jg tak mau kalah. Aku tidak akan minta maaf. Entah berapa lama aku tidur sampai aku terbangun saat Willi menggerayangi tubuhku. Sedikit memaksa, aku menariknya keluar dari kamar. Aku meninggalkannya di luar kamar dan berbalik masuk tanpa suara. Takut Pandu terbangun. Pintu kamar kukunci dan aku mengeceknya sampai 2 kali, kemudian aku kembali berbaring di samping Pandu. Mencoba utk tidur lagi ternyata tidak gampang. Rasanya sentuhan tangan Willi tak mau lepas dari pikiranku. Jelas2 membuatku horny, apalagi kalau membayangkan sesuatu dibalik boxer ketatnya itu. Ahh.. Aku terangsang. Tapi aku gengsi kalau harus minta ke Pandu. Nekat karna sudah terangsang, pelan2 sekali aku bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamarku. Lalu aku masuk ke kamar Willi yang letaknya persis di sebelah kamarku. Willi tersenyum nakal padaku.
“Akhirnya..” Sengaja digantung kata2nya. “Kok nekat gitu sih tadi? Gimana caranya Wi masuk? Perasaan tadi aku mengunci pintu kamar kok.” “Ada deh..” “Jawab dulu.” “Oh.. Jadi Yuna kesini cuman buat tanya2 toh? Kirain buat ini..” sambil mengelus2 penisnya. J ujur saja, aku lebih memilih untuk tidak perlu tahu alasannya mengapa masuk ke kamarku daripada harus kehilangan momen bercinta dengan Willi. Toh, Pandu jg tidak tahu Willi masuk ke kamar kami. “Kok Yuna bengong sih?” Memang aku belum sempat menjawab apa2. Aku naik ke tempat tidur Willi dan mengelus penisnya yang sudah tegak dan keras. “Memang utk ini, tapi kalo bonus jawaban dari pertanyaanku td, lebih bagus lagi.”
Willi tertawa lumayan keras. Tanpa pikir panjang aku bungkam mulutnya dengan bibirku. Bisa gawat kalo Pandu bangun. Willi memang kurang jago bermain lidah, tapi kekurangannya itu tertutupi dengan pusaka miliknya yang lebih besar dan panjang dari kepunyaan Pandu. Sambil berciuman tangan Pandu sudah menyusup ke balik baju tidurku. Payudaraku diremas2 dengan penuh nafsu. Aku juga beraksi, tanganku langsung masuk ke celana boxernya dan menggenggam penisnya yang besar dan hangat. Pelan2 aku mengocoknya. Tiba2 Willi melepas ciumannya. Aku pikir dia akan mempelorotkan boxernya dan menyuruhku meng-oralnya. Tapi ternyata aku salah.
“Yuk, pindah ke kamarmu. Pandu pasti udah nunggu”
Aku terrbengong. Masi dalam keadaan bingung, Willi menarik tanganku keluar dari kamarnya dan masuk ke kamarku. Dan benar, Pandu sudah bangun dan duduk di tepi ranjang. Aku speechless. Willi mengunci pintu kamar dan membimbingku ke tempat tidur sementara Pandu hanya melihat. Tidak ada sorot marah atau kecewa dari matanya. Ini yang membuatku semakin bingung. Aku hanya bisa menurut, ditarik bahkan saat Willi membaringkan aku di tempat tidur. Lalu Willi melepas baju tidurku dengan tenang. Aku melihat ke arah Pandu, tapi Pandu masi tenang2 saja. Aku bisa gila dibuat keadaan ini. Nampaknya Pandu memang sudah tahu kalo aku dan Willi sudah pernah bercinta. Pikiranku masi melayang2 saat Willi memainkan lidahnya di vaginaku. Terkejut dan berusaha bangkit, ternyata Pandu buka suara. “Yuna tiduran aja.”
Hah? Tak salah dengar? Pandu menyuruhku tiduran dan membiarkan lidah Willi menjilati vaginaku. Lalu Pandu yang membaringkan aku karena aku tidak bergerak sama sekali saat Pandu menyuruhku tiduran. “Lanjutkan kerjaanmu, Wi” kata Pandu. Lalu Pandu mencium bibirku. Sementara bibir di pangkal pahaku dijilat dan dihisap2 oleh Willi. Ternyata abang beradik ini mengerjaiku. Rasa penasaranku hilang ditelan kenikmatan yang aku rasakan. Pandu melepas ciumannya dan membiarkan mendesah2. Willi masi menjilati vaginaku yang makin basah. Air liurnya bercampur dengan cairan pelumasku. Kini Pandu duduk di tepi ranjang memperhatikan aku dan Willi.
Aku yang sudah terangsang hebat menggesek2kan jariku ke ujung payudaraku yang keras. Willi berdiri dan melepas boxernya. Nampak penis nya yang panjang dan besar berdiri tegak. Pelan2 Willi memasukkan penisnya ke vaginaku. Aku merasakan sensasi kenikmatan baru. Rasa aneh tapi enak sekali saat Willi mendorong masuk penisnya disaksikan oleh Pandu.
Willi mulai bekerja, mengoyang pantatnya maju mundur. Penisnya menggaruk2 dinding vaginaku. Hanya ada satu kata yang bisa mendeskripsikan keadaan ini : Nikmat! Aku mulai berani beraksi. Menggoyangkan pinggulku seirama goyangan Willi. Tak lama Willi mencabut penisnya, dan berganti ke posisi Doggy Style. Posisi ini yang paling disukai Willi. Aku menikmati setiap goyangan Willi. Diam2 aku melirik Pandu. Pandu ternyata juga terangsang. Penisnya dikeluarkan dari celananya dan dikocok. Tusukan penis Willi makin kuat makin liar. Aku juga hampir mencapai orgasme. Willi makin menggila, menggoyang penisnya makin cepat. Pahanya dan pantatku yang beradu juga menimbulkan bunyi. Aku orgasme menerima rangsangan begitu nikamat dari penis Willi, sementara Willi masi berusaha mencapai kenikmatannya. Pandu juga mengocok makin cepat melihat acara live yang disuguhkan aku dan adiknya. Tiba2 Willi mencabut penisnya dan menembakkan spermanya ke punggungku. Setelah isi penisnya dikeluarkan semua, aku berbalik dan mengulum penisnya. Membersihkan sisa2 sperma di ujung kepala penisnya. Tiba2 Pandu memelukku dari belakang. “Giliranku, sayang” L alu aku berbaring dan membuka kakiku lebar2 utk jalan masuk penis Pandu. Willi sekarang sudah memakai kembali boxernya dan mendekatiku. Bersamaan dengan masuknya penis Pandu ke vaginaku, Willi mendaratkan bibirnya ke puyudaraku. Aku digenjot suamiku dan payudaraku disedot adik iparku. Aku hanya bisa mendesah nikmat. Pandu yang sedari dari sudah mengocok penisnya tidak butuh waktu yang lam utk mencapai titik nikmatnya. Pandu menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku lalu mencabut penisnya dan lanjut meng-oralku karna dia tahu aku belum sempar orgasme dengannya. Pandu memang lebih lihai memainkan lidahnya dibandingkan Willi. Pandu menjilat2 dan menyedot2 vaginaku sampai akhirnya aku orgasme. Kelelahan digarap abang beradik ini aku tertidur pulas tak berapa lama setelah permainan panas ini usai.
Keesokan paginya aku baru mendapat jawaban dari rasa penasaranku. Ternyata Pandu yang meminta Willi memberiku kenikmatan. Pandu yang membuka pintu utk Willi dan ternyata saat dinas beberapa waktu yang lalu, saat pertama kali aku bercinta dengan Willi, itu juga atas permintaan Pandu. Pandu tahu aku tipe hypersex dan takkan tahan ditinggal tanpa sex. Maka Pandu ‘menugaskan’ Willi utk menggantikan posisinya saat dia dinas keluar kota.