Malam itu, aku hanya sendirian sedangkan suamiku harus pergi ke luar kota dan baru saja sekitar 2 jam yg lalu diantar oleh supirku ke Bandara. Kami belum memiliki anak walaupun sudah 3 tahun kami menikah. Setengah mengantuk aku menuju kamar mandi untuk membersihkan muka dan gosok gigi. Dari kamar mandi kea rah kamarku, sayup2 terdengar suara orang berbicara di ruang tamuku yang berada di bawah. Karena penasaran aku sedikit melongok ke bawah dari balkon melihat siapa yang sedang berbicara. Aku sangat terkejut karena yg kulihat ternyata supirku Adi tengah duduk di sofa tanpa menggunakan celana sedangkan Ainan sedang berjongkok didepannya.
Walaupun ruangan agak gelap tapi aku masih bisa melihat jelas bagaimana Ainan menghisap2 batang kemaluan Adi. Ainan adalah saudara suamiku, aku kenal dia sejak dari SMP karena keluarganya tidak mampu maka Ainan tinggal bersama kami untuk membantuku dan sedikit2 mengikuti kursus. Aku sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa diantara mereka ada hal-hal yang aneh. Selama ini Ainan setahuku sudah punya pacar, dan Adi yg juga sudah berkeluarga tidak pernah menunjukkan hal yang aneh2.
Rupanya Adi tidak langsung pulang setelah mengantarkan suamiku ke bandara, aku juga tidak beranjak keluar kamar sejak suamiku pergi sehingga aku tidak tau kalau Adi sudah kembali. Mungkin mereka pikir aku sudah tidur lelap dari tadi sehingga akhirnya mereka berani melakukan ini di ruang tamuku. Aku melihatnya terus. Tak sedikitpun aku berusaha untuk menghentikan apa yang mereka lakukan. Ainan berpakaian lengkap, hanya Adi saja yg sudah tidak mengenakan celana lagi. Batang kemaluannya yang berwarna kecoklatan Nampak kontras dibandingkan kulit paha Adi yang putih bersih. Sesekali Adi meminta Ainan untuk menghentikan oral sexnya. Dari bahasa tubuhnya aku tahu Adi meminta Ainan untuk membuka bajunya dan duduk di pahanya. Tapi Ainan terus menolak dan blowjobnya makin liar. Cukup lama hal itu berlangsung walaupun aku pegal berdiri aku ingin tau bagaimana akhirnya. Saat rudal Adi meledak, aku tau Ainan sedikit tersedak, tapi karena ditahan oleh tangan Adi maka Ainan tidak dapat melepaskan mulutnya dari batang kemaluan Adi.
Saat Ainan akhirnya bisa melepaskan mulutnya dia langsung bangkit dan mengambil tissue yang ada di meja membersihkan mulutnya. Adi bangkit dari sofa kesayanganku, membuka jepit rambut Ainan dan meraih rambut Ainan yg panjang untuk membersihkan batangnya. Adi Nampak berdesis2 kenikmatan saat rambut Ainan mengenai batangnya. Wajahnya yg keenakkan itu Nampak erotis sekali. Sedangkan Ainan diam saja mendapat perlakuan seperti itu walaupun beberapa cairan sperma yg kental menempel di rambutnya yg panjang. Aku sedikit2 mundur dan melangkah kembali ke kamar. Aku tidak berani menutup pintu takut terdengar.
Semalaman aku tidak bisa tidur. Aneh rasanya wajah erotis Adi yang merasakan kenikmatan dan batang kecoklatan it uterus menerus membayangiku. Aku mungkin baru tertidur jam 4 pagi. Sehingga paginya aku bangun kesiangan. Aku tidak mandi di kamar mandi atas, tapi di kamar mandi bawah agar baju tidurku bisa langsung aku taroh di keranjang baju kotor di mesin cuci yg letaknya di dekat dapur. Ketika aku sampai di dekat mesin cuci, lagi-lagi aku mendengar sesuatu yang mirip seperti aku dengar tadi malam dari tempat menjemur pakaian yg letaknya tepat di atas mesin cuci. Ini pasti ulah Adi dan Ainan lagi pikirku, pasti mereka pikir aku belum bangun. Aku bergegas ke atas menuju kamar mandi atas. Karena dari jendela kamar mandi atas aku bisa melihat kea rah tempat jemuran. Sesampainya di kamar mandi atas, aku naik ke atas toilet dan mengintip apa yg terjadi. Dari kaca nako hitam kamar mandi itu aku melihat Ainan dan Adi berdiri membelakangi dan Adi menggenjot Ainan dari belakang. Ahh, kok akhirnya begini? Seingatku Ainan tadi malam menolak berhubungan sex. Pasti Adi benar2 tidak pulang dan menginap di kamar Ainan hingga Ainan pun luluh oleh rayuan Adi pikirku. Dan lagi2 aku tidak melakukan apa2 dan ingin melihat bagaimana akhirnya. Ainan sedikit mendesah dan dengan segera tangan Adi membekam mulut Ainan.
Tiba2 aku ingin mengambil hpku untuk merekam kejadian ini. Pelan2 aku aku turun kembali masuk ke kamar dan mengambil hp ku. Pada saat aku kembali di depan jendela, entah mengapa aku melihat mereka berhenti tiba2. Adi mencabut penisnya, Ainan bergegas memakai celana dalamnya. Adi Nampak kebingungan mencari celana dalamnya. Pada saat Adi hendak bertanya Ainan mengisyaratkan untuk tidak berisik dan cepat menggunakan celana panjangnya saja. Aku masih sempat melihat Adi dalam kondisi tak bercelana. Dan dalam terangnya pagi aku melihat jelas penis Adi. Ainan memang tidak bugil tadi, dia menggunakan daster dan pada saat mereka bersenggama Adi hanya menyingkap daster Ainan saja.
Aku pun turun dari atas toilet, pasti mereka tau aku sudah bangun pikirku. Aku yang bingung harus bagaimana sempat duduk sebentar di tepi ranjangku sambil melihat sedikit rekaman video di hp yang hanya sempat merekam saat mereka tiba2 berhenti dan bergegas menggunakan baju. Aku yang juga sedikit kebingungan entah kenapa malah sudah turun ke ruang bawah. Ainan menyapaku dengan sopan “ mau sarapan Bu?”. Aku gelagapan dan bingung ditanya seperti itu oleh Ainan, kalau aku pikir2 sekarang rasanya aku bego juga ya waktu itu. Aku makin bingung saat melihat Adi turun dari tempat jemur baju. Saat Adi menuruni tangga besi putar yg dari atas, perlahan2 yg terlihat memang kakinya terlebih dulu. Dan aku asli sempat bengong saat melihat ke celana Adi, batang penis itu terlihat jelas masih menonjol dari balik celananya. “Bu saya buatin minum ya?” perkataan Ainan membuyarkan bengongku. “iya yah” sahutku gelagapan. Aku benar2 salting. Aku malah jadi sibuk mengambil ceret air dan hendak memasak air. “Airnya sudah ada Bu” kata Ainan. Aku mengambil ceret itu lagi dan meletakkan di atas lap. Tiba2 aku sadar kayanya benda berwarna biru tua itu bukan lap, aku mengambil lap itu dan begonia lagi ditengah2 kecanggunganku aku membersihkan kompor menggunakannya. Digenggamanku aku tau itu celana dalam Adi. “Sini Bu biar saya teruskan bersih2nya, ibu minum saja” kata Ainan. Aku menyerahkan “lap” itu ke Ainan, dan mengambil gelas untuk minum. Aku duduk di meja makan, sambil minum dan mencoba menenangkan diri. Tapi lagi2 buyar saat Adi bertanya kepadaku “ibu jadi pergi ke Carrefour?” aku menatap Adi dan lagi2 pandanganku menuju kea rah celana Adi, aduh penis yang tak menggunakan celana dalam itu sepertinya masih sedikit tegak. “iya sekarang saja” jawabku sekenanya. “Ainan, tolong ambilkan tas ibu ya”, Ainan bergegas ke atas. Aku lagi2 baru sadar betapa bodohnya aku menyuruh Ainan ke atas, karena sekarang aku hanya bersama Adi. Aku tidak berani melihat wajah Adi, tapinya lagi2 mengarah ke selangkan Adi. Adi entah mengapa hanya berdiri mematung tak jauh dari aku. Aku malu juga dibuatnya. Aku bergegas mengambil sepatu dan berjalan keluar menuju mobil. Di depan mobilku yang ternyata sudah siap aku mencoba membuka pintu. Ternyata masih terkunci. “Sebentar bu” ternyata Adi sudah di belakangku sambil menghidupkan remote, kemudian membukakan pintu untukku. Saat aku hendak masuk secara tidak sengaja pantatku bergeseran dengan penis Adi. Aduhh masih ngaceng batinku. Setelah dudukpun Adi kembali membuka pintu mobil “tasnya bu…..”ujarnya datar. Tapi dari posisiku duduk yang rendah karena mobilku sedan, aku lagi2 bisa melihat kea rah penis Adi yang masih tegang.
Adi pun masuk ke mobil kamipun berangkat. Lagi2 aku menyesali kenapa aku tidak duduk dibelakang saja. Memang sih selama ini normalnya kalau bepergian dengan Adi aku tidak pernah duduk di belakang, tapi kalau sekarang pasti Adi akan tau bagaimana kikuknya aku. Dan itu lho, aku masih saja tidak henti2nya melirik kea rah penisnya. Di perjalanan akupun masih membayangkan saat melihatnya tadi malam dan tadi pagi.
“Bu, maaf ya. Kami keterlaluan, saya minta ibu tidak memecat saya dan tolong jangan dilaporkan ke bapak” tiba-tiba saja Adi berbicara memecahkan kesunyian. Aku juga baru sadar dari lamunanku. Aku Cuma diam, aku bingung mau bicara apa. Lama aku tak mampu berkata-kata. Dan Cuma mendengarkan penjelasan Adi yang panjang lebar tapi sumpah tak satupun aku ingat saat ini dia bicara apa saja. Yang aku ingat dia menjelaskan bahwa perbuatan mereka adalah suka sama suka dan apalagi aku gak ingat. Cuma aku jadi membayangkan lagi peristiwa tadi malam, dan apa yg terjadi sampai Ainan akhirnya mau disetubuhi Adi. “Saya mohon ya bu ya?” ujar Adi “kalau Adi keluar, gak bisa ketemu Ainan lagi kan?” jawabku. “Bukan itu intinya, ya tetap saja bisalah saya ketemu Ainan. Kalau saya keluar saya bisa janjian ketemu dia di luar rumah saat dia kursus. Seperti yang saya bilang tadi bu, saya senang kerja dengan ibu. Ibu baik dan cantik” Plasss kata2 terakhir Adi membuatku kaget. Lagi2 aku melihat penisnya, walaupun tak setegak tadi tapi gundukan itu masih menumpuk. “Bu……” Adi memanggilku sambil secara mengejutkan tangan kirinya mendarat di pahaku. Aku yang menggunakan rok jeans pendek itu otomatis kaget saat tangan Adi menyentuh kulit dengkulku. Berani sekali orang ini pikirku. “Bu………” Adi memanggilku lagi mungkin karena aku diam saja, “Saya mohon ya Bu” tangan itu kali ini menggoyangkan dengkulku. Darahku berdesir merasakannya. Aduuuh kenapa aku ini. Lagi2 aku Cuma diam. “Ibu cantik dan baik, dan blab la” aku lupa dia bilang apa.
Entah apa saja lagi yg Adi katakan, tapi dalam pikiranku kenapa dia sama sekali tidak mengatakan tidak akan mengulangi itu lagi dg Ainan. Dan berkali2 sambil mengusap2 dengkulku dia mengatakan aku baik dan cantik. Tanpa aku sadar tangan kananku memegang tangan kirinya yang ada di dengkulku dan bukan menepisnya. Otomatis Adi seperti diberi angin menggenggam tanganku, dan aduuuuh aku diam saja. “Ibu silakan bilang, saya mau saja melakukan apa saja untuk ibu” kata Adi. Aku masih saja diam, aduuuuh aku memang seperti orang bego waktu itu. Aku baru sadar waktu tangan Adi membimbing tanganku ke arah penisnya. Aku sempat bingung, dan baru beberapa saat kemudian aku mengangkat tanganku dari situ. Adi diam saja, tapi tangannya kembali meraih tanganku kembali di taroh di atas penisnya yg ternyata kali ini sudah di luar.
Entah kapan dia sempat membuka retsletingnya. Walaupun tanganku tidak menggenggamnya tapi tidak kutarik juga. Tangan kiri Adi malah kembali ke pahaku. Kali ini malah makin berani mengusap2nya. Mungkin dipikirnya aku diam saja dan toh jika aku akan memecatnya sekalian saja hal ini dilakukannya. Sedikit2 rokku disingkapnya dan sedikit2 posisi pahaku makin terbuka, dan sedikit2 aku merasakan penis ini makin tegang. Tangan Adi makin ke dalam, walau dari luar celana dalamku dia berhasil memainkan bibir vaginaku. Aku diaaaaaam saja. Malah sedikit melenguh saat jari2 itu bermain2 di selangkanganku. Tiba2 salah satu jarinya menekan kuat seolah2 hendak masuk ke liang vaginaku. Aku jadi sedikit mengangkat pinggulku dan disaat yg sama dengan cekatan Adi menarik celdamku, sehingga kini dari sela2 celdamku dia leluasa memasukkan jarinya ke dalam vaginaku.
Aku memegang lengannya seolah2 hendak mencoba menarik keluar tangannya. Tapi aksi basa basi itu sama sekali tidak direspon. Jari2 terampil itu kini bermain lebih cepat sampai aku tanpa sadar membaringkan kepalaku di bahunya. Adi menggunakan kesempatan posisi miringku ini dengan menarik celana dalamku hingga kebawah. Kini jari2 itu makin leluasa memporak porandakan vaginaku.
Posisiku makin miring, kepalaku makin merebah di pundaknya. Aku diam saja, sambil berusaha sekuat tenaga menahan untuk tidak bersuara. Walaupun begitu mulutku sulit rasanya untuk mingkem, apalagi saat ini 2 jarinya yang ada divaginaku. Aku menggigit bibir bawahku. Adi mengangkat tangan kirinya, merangkulku dari arah punggungku. Dengan meremas payudara kiriku dia mendorongku hingga merebahkan kepalaku di pangkuannya. “Angkat kaki kirinya” seru Adi, bagai sapi yang dicocok hidungnya aku menuruti perintah itu, yang pastinya membuat kaki kiriku terlepas dari celdamku. Kaki kiriku yang masih bersepatu itu naik ke atas tempat duduk mengkangkah lah jadinya aku. Tiga jarinya kini bisa dimasukkan dalam vaginaku sambil mengocok2. Tanganku menggenggam lengannya, wajahku berhadapan langsung dengan penisnya. “Sepong dong” pintanya. “gak pernah mas” sahutku, dan baru kali ini aku memanggilnya mas mungkin karena aku benar2 sudah dalam kekuasaan Adi. Aku hanya menggenggam penisnya, itupun hanya untuk menahan agar tidak mengenai hidungku. Tapi penis ini keras sekali sekarang. “Enak kok, coba aja” perintahnya lagi. “Nggak………” jawabku lirih. Tangan kanannya tiba2 melepas setir, kemudian dia melintir2kan sedikit kepala hulu ledak itu. “Nih coba rasain…” sambil mengusapkan tangan kanannya yang agak basah oleh cairan bening ke mulutku. Aroma sedikit pesing terlintas dihidungku. Tapi aku tetap tidak melayani permintaan itu, aku memang belum pernah melakukannya. Dan sama sekali tidak ingin melakukannya. Kalau menonton BF selalu saja adegan ini aku lewati karena jijik.
Adi tidak memperdulikan reaksiku, dia makin intens mengocok vaginaku yang makin basah dan rasa aneh tiba2 menyergapku hingga membuatku menggigit bibir bawahku. Mau tak mau cairan yg tadi dioleskan dibibirku itu terasa olehku. Rasa asin. Tiba2 sentakan tangan Adi menyeruak makin dalam, membuat badanku terangkat makin mendekati Adi. Penis itu sekarang ada di bawah leherku. Mulutku makin sulit mingkem dan suara mendesisku tak mampu lagi aku tahan. Sampai akhirnya seperti tersengat arus listrik aku kelojotan oleh kocokan Adi. Mulutku melongo dan mataku merem melek, nafasku tersengal2. Tanganku mencakar lengan Adi hingga akhirnya aku memekik kecil dan dilanjutkan lolongan panjang memanggil namanya. Kepalaku terangkat saat aku meregang, mataku terbelalak dan bibirku kugigit2 sendiri dengan tak sadar. Setelah itu akupun ambruk di pangkuannya. Tangannya masih berada di vaginaku, terjepit oleh pahaku. Saat semuanya bisa ku kendalikan lagi baru tangan Adi bisa terlepas dan diapun membersihkannya dengan tissue.
Adi membelai2 rambutku, kemudian perlahan2 dia membuka bajuku dan merogoh payudaraku. Aku tau dia masih horny. Penisnya yang ada di depanku yang sempat lemas, perlahan2 mengeras. Saat aku mencoba hendak bangkit dari pangkuannya karena punggung ini sakit, Adi memegang kepalaku dan sedikit mendorongnya sehingga wajahku berhadapan dengan penisnya. Aku mencoba dengan sedikit menjilat kepalanya kemudian entah kenapa akupun pasrah saja memblow jobnya. Pertama memang ada rasa jijik, tapi lama kelamaan hilang entah kenapa. Akupun membantinya membuka sabuk celana dan posisiku juga tengkurap sehingga bisa melakukannya dengan baik. Tapi cukup lama juga rudal itu bertahan hingga aku sedikit terganggu dengan bau ludahku sendiri. Adi memintaku melepas kuluman pada penisnya, sepertinya dia mengerti kondisiku, karena penisnya dia siram dengan pulpy orange. Setelah selesai disiram, kembali aku melakukannya itu lagi, secara naluriah akupun bisa melakukannya dengan baik hingga akhirnya pun penis itu meledak dimulutku. Karena sedikit tersedak sebagian spermanya menyemprot hidung, wajah, dan kaca mataku.
Saat aku kembali duduk aku baru sadar ternyata kami sudah berada di area parkir Carrefour Cempaka Putih sejak tadi. Adi membersihkan penisnya kali ini dengan celana dalamku, karena tissuenya habis kupakai membersihkan wajahku. Aku memperhatikan bagaimana Adi membersihkan penisnya, sesuatu yang sejak tadi malam membuatku terhipnotis sampe aku seperti ini sekarang.