Masih ingatkah Anda pada kisahku terdahulu yaitu "Kasih Sayang seorang Pembantu"?! Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya beberapa tahun yang lalu, ketika itu saya masih aktif bekerja pada sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Saya bekerja mempunyai kedudukan yang cukup lumayan dan berpenghasilan lumayan pula. Saya bekerja mendapat antar jemput dan dikawal oleh seorang Satpam kantor. Sebut saja Sopir saya bernama Giman dan Satpam saya bernama Robin.
Saya sangat dekat pada mereka dan tidak ada batas untuk jarak antara atasan dengan bawahan. Merekapun sangat menghormati saya dan sebaliknya. Pernah saya mengajak mereka untuk berlibur dan saya mentraktir mereka. Mereka sangat girang karena ini bukan pertama kalinya diajak liburan. Ketika itu saya mengajak mereka berlibur ke daerah Puncak Cipanas, saya menyuruh Giman untuk mengarahkan kendaraan ke daerah Sanggabuana. Giman menuruti perintah saya dan mobilpun diarahkan. Ketika sudah dekat saya arahkan kendaraan belok kiri setelah kantor salah satu Bank Pemerintah. Jam menunjukkan pukul 20.00 wib.
Ketika memasuki daerah tersebut ada beberapa orang mengejar mobil kami dan ada yang lompat kebagian belakang untuk ikut dengan kami. saya suruh Giman untuk menghentikan mobil dan Robin turun untuk menegurnya. Rupanya orang-orang tersebut adalah penghubung beberapa PSK sekitar. Orang-orang tersebut turun dan meninggalkan kami, kami melanjutkan perjalanan untuk menelusuri lorong/gang untuk menuju tempat mangkalnya para PSK yang sudah terkenal tersebut.
Setibanya disana kami disambut oleh seorang PSK yang rupanya telah mengenali mobil kami dan Dia masuk kedalam mobil. Sebut saja PSK tersebut bernama Tia, Tia langsung mencium pipi saya karena sudah kenal. Giman dan Robin tersenyum melihat hal tersebut.
"Kenapa pada senyum..?" tanyaku pada mereka.
"Ach.. Nggak kok Pak.." jawab mereka berbarengan.
"Kenalin ini Tia.." kataku lagi.
"Tia.." Tia mengulurkan tangannya.
"Kalian pada mau nggak..?" tanyaku lagi pada mereka.
"Malu Pak.." jawab Giman.
"Kenapa mesti malu, kan ada saya.." hiburku lagi.
"Nggak punya anu Pak.." jawab Robin sambil jari jempol dan telujuknya digesekkan.
"Tenang aja.. saya yang traktir.." jawabku.
"Pilih sana.. Semuanya Ok.. Kok " kataku lagi.
"Pilih Mas.. Mumpung masih agak siang.." suruh Tia.
Giman dan Robin turun dari mobil dan pergi kerumah dimana Tia dan teman-temannya ngumpul, Tiapun mendampingi mereka sedangkan saya menunggu dimobil.
"Disini terjamin dech Mas.." kata Tia memberi garansi.
"Saya pilih yang ini.." kata Giman sambil menunjuk salah satu PSK. Tia pun memanggil Rani dan langsung diperkenalkan kepada Giman.
"Saya pilih yang itu.." Robinpun nggak mau kalah.
Tia memanggil Tuti dan langsung diperkenalkan kepada Robin. Setelah menemukan pasangan masing-masing, mereka kembali ke mobil. Mobil Kijang kapsul kamipun pergi meninggalkan lokasi dan menuju kevilla yang biasa saya pakai untuk liburan bersama Tia, Villa tersebut cukup luas dan besar karena mempunyai 4 kamar tidur dan semuanya ada kamar mandinya didalam. saya menempati kamar tidur utama yang berukuran cukup luas.
Sebelum menempati kamar masing-masing, kami berkumpul diruang tengah untuk menikmati bekal yang kami bawa dari Jakarta beramai-ramai sambil minum-minum beer dan beberapa minuman beralkohol cukup tinggi seperti Vodca dan Beefeater yang harum seperti parfume. Setelah mereka kelihatan sudah pada mulai pening, saya suruh mereka memasuki kamar masing-masing dan Merekapun pergi meninggalkan saya dan Tia yang masih asyik menikmati minuman. Rupanya Tia sudah agak mabuk dan bicaranya sudah ngawur, saya bawa Tia ke kamar dan saya rebahkan ditempat tidur. Tia menarik saya untuk menemaninya tidur, Tia langsung meraih ikat pinggangku dan langsung memerosoti celanaku.
"Hallo Babby.." Salamnya ketika melihat kemaluanku menyembul keluar dari sarangnya.
Tia langsung mengulumnya dengan ganas dan rakus, karena sudah kangen merasakan sodokkan dari kemaluanku ini. Sayapun melepaskan baju yang belum sempat dilepaskan oleh Tia, karena sudah nafsu ingin melahap kemaluanku.
"Hmm.. Chayaang.." gumamnya sambil terus mengulum kemaluan saya.
Saya tarik rambutnya perlahan dan saya suruh Tia untuk melepaskan pakaiannya. Tiapun langsung melepaskan pakaiannya sampai benar-benar polos alias bugil. Tia berdiri diatas saya sambil menari-nari erotis serta mengusap-usap bibir vaginanya yang merah merekah, saya hanya tersenyum melihat tingkah lakunya yang lucu. Tia secara perlahan-lahan mendekatkan bibir vaginanya kekemaluan saya sambil menari-nari dan digesek-gesekkan vaginanya sehingga membuat kemaluanku tegang. Melihat kemaluanku sudah tegak lurus tepat dibibir vaginanya, Tia langsung menghujamkan agar kemaluan saya memasukki lubang vaginanya.
Tetapi kemaluanku tidak mau masuk juga karena lubang vaginnya sempit. Akhirnya Tia merebahkan diri sambil mengangkangkan kedua pahanya agar vaginanya terbuka lebar dan saya disuruhnya untuk mengambil posisi menindihnya dari atas. Saya mengarahkan kemaluan saya tepat dibibir vaginanya dan masih tidak bisa masuk juga, maka dengan secara paksa saya tekan kepala kemaluan saya dengan jari agar dapat memasukki lubang kemaluannya dan akhirnya masuk juga.
"Ouuchh.. Sakit.. Aa'.." desah Tia dengan kebiasaan memanggilku Aa'.
"Habisnya peret sichh.." kataku pelan.
Saya menekan terus kemaluan saya dan masuklah semua sampai dalam dan saya masih membiarkan kemaluan saya terbenam tanpa melakukan reaksi apa-apa, saya hanya melakukan ciuman bibir dengan bersemangat Tia mengulum bibir saya serta memeluk pinggang saya agar kemaluan saya menekan lebih dalam lagi.
"Hemm.. Emm.." suaranya pelan sambil terus mengulum bibir saya.
Saya mulai melakukan goyangan turun naik ketika Tia memulai menggoyang pinggulnya kekiri dan kanan. Tia semakin menggila goyangannya ketika sudah mencapai orgasmenya yang pertama dan himpitan vaginanya semakin menyempit dan licin setelah cairan kenikmatan mulai membasahi lubang vaginanya.
"Aa'.. Tiaa.. Nggak.. Kuaatt.." desahnya panjang.
Tiapun mengendurkan himpitan pahanya karena lemas setelah orgasme. saya masih membenamkan kemaluan saya tanpa reaksi apa-apa, karena saya sedang berusaha agar Tia bangkit kembali gairahnya dengan cara menciumi bagian belakang telinganya serta membuat merah sekitar leher dan susunya dengan cupangan. Beberapa menit kemudian Tia bangkit lagi dan meminta agar ganti posisi, Tia mengubah posisinya menungging seperti anjing sedang mau pipis. Sayapun menghujamkan kemaluan saya dari belakang mengarahkan ke lubang vaginanya.
"Aa'.. Enak sekali A'.." desahnya. Saya mulai memompa maju mundur kemaluan saya sesuai dengan irama permainan pada lazimnya. Dan beberapa menit kemudian Tia mendesah-desah nikmat.
"Aa'.. Tooloong A'.." desahnya.
"Yaa.. Keapa chayaang.." kataku.
"Tiaa nggak.. Tahann.. A'.." desahnya lagi.
"Tahan sebentar chayaang.. Aa'.. Jugaa " kataku lagi.
Saya semakin gencar memompa maju mundur agar kami dapat merasakan orgasme secara bersamaan. Dan akhirnya saya dan Tia mencapai puncaknya secara berbarengan. Setelah kemaluanku mulai menciut, saya melepaskan dari lubang vaginanya Tia dan terkulai lemas ditempat tidur sambil berpelukkan.
Beberapa menit kemudian saya timbul niat jailku untuk mengerjai Giman dan Robin, saya keluar kamar bersama Tia masih dalam keadaan bugil menuju kamar Giman dan Rani. Saya ketuk pintu kamar mereka dan Giman membukakan pintu dengan menggunakan handuk, Gimanpun kaget karena melihat saya dan Tia datang dengan keadaan bugil.
"Ngapain ditutupi, buka.." perintahku pada Giman.
"Maalluu Pak.." jawabnya gugup.
"Buka.." perintahku sekali lagi.
Gimanpun melepaskan lilitan handuk dan tersembulalah kemaluannya yang masih tegang dan agak basah pada batangnya.
"Kamu lagi main ya barusan..?" tanyaku pada Giman.
"Iyyaa.. Pak.." jawabnya gugup.
"Ayo sana.. Teruskan lagi.." kataku.
Gimanpun mau menutup pintu, tetapi saya menahannya dan kami masuk kedalam untuk melihat Giman main dengan Rani. Giman menaiki tempat tidur dengan perasaan malu-malu.
"Ayo teruskan.. Kan lagi nanggung tadi.." kataku pada Giman.
Rani masih menutupi tubuhnya denga selimut karena malu dengan keberadaan kami.
"Ayoo.. Ran.. Teruskan lagi.." kata Tia memberi semangat.
Ranipun membuka selimutnya dan dilemparkan kelantai, Gimanpun mengarahkan kemaluannya kelubang vagina Rani dan langsung memompanya. Beberapa menit kemudian Giman mencapai orgasmenya.
"Oohh.." desah Giman sambil memeluk Rani serta mencium bibirnya.
Kami tahu kalau Rani belum mencapai puncaknya, melihat hal itu saya suruh Rani untuk pergi kekamar mandi agar membersihkan lubang vaginanya dari tumpahan peju si Giman. Setelah selesai membersihkan diri Rani kembali kekamar dan melihat kemaluan saya sedang dilumat oleh Tia. Rani saya suruh tidur disebelah saya dengan posisi kedua pahanya mengangkang, saya melepaskan kuluman dari Tia dan mengarahkan kemaluan saya ke lubang vagina Rani.
"Ouuchh.. Pak.. Nggak muaatt.." rintih Rani ketika kemaluan saya memasuki lubang vaginanya.
"Tahaann sebentar.." kataku.
Saya memompa kemaluan saya dengan cepat agar Rani cepat-cepat mencapai orgasmenya. Benar saja, tidak lama kemudian Rani mencapai puncaknya sambil memelukku dengan erat.
"Paakk.. Raannii.. Oochh.." desahnya panjang.
Saya belum mencapai orgasme, saya mengajak Giman, Rani dan Tia untuk mengerjai Robin dan Tuti dikamar sebelah. Giman mengetuk pintu kamar Robin, Robin membuka pintu dan mengintip dar balik pintu. Betapa kagetnya Robin ketika melihat kami datang kekamarnya dalam keadaan bugil semua. Robin berusaha menutup pintu, tetapi didorong oleh Giman dan melihat kedalam tampaklah Tuti masih mengangkangkan pahanya karena lagi tanggung digenjot oleh Robin. Melihat hal itu saya menanyakan pada Robin.
"Bin.. Kamu lagi tanggung yaa..?" tanyaku.
"Iyaa.. Pak.." jawabnya gugup.
"Sudah berapa kali Kamu main..?" tanyaku lagi.
"Sudah yang ketiga Pak.." jawabnya polos.
Mendengar hal itu, saya menyuruh Tuti untuk membersihkan diri dikamar mandi dan Robin saya suruh melanjutkan permainannya denga Rani pasangan Giman. Robin menurut saja, karena takut oleh saya. Dan Rani naik ketempat tidur dan disusul oleh Robin yang kemaluannya masih tegang karena tanggung.
Tuti kembali dari kamar mandi dan dilihatnya Robin sedang menggumuli Rani, saya suruh Tuti untuk tidur disebelah Rani sambil membuka kedua pahanya dan saya mengambil posisi untuk memasukkan kemaluan saya ke lubang vagina Tuti. Saya menyuruh Tia mengerjai Giman yang hanya melongo untuk menjilati lubang vaginanya, karena saya tidak mau Tia dipakai oleh Giman. Robin rupanya sudah mencapai puncaknya secara bersamaan dengan Rani, sebab keduanya berpelukan dengan desahan panjang. Saya memompa Tuti dengan cepat agar menyusul mereka yang telah menikmati puncak kenikmatan. Rupanya Tuti lebih dulu mencapai puncaknya dan saya menyusul beberapa menit kemudian. Melihat saya mencapai puncaknya, Tia menghampiri saya dan langsung meraih kemaluan saya untuk dikulumnya agar bersih dari sisa-sisa air kenikmatan bersama Tuti tadi.
Setelah itu kami keluar kamar Robin dan berkumpul diruang tengah untuk menikmati sisa minuman yang masih ada dan dilanjutkan dengan persetubuhan secara massal dilantai ruang tengah. Tia, Rani, Tuti disuruh tidur telentang sambil mengangkangkan pahanya agar lubang kemaluannya terbuka lebar karena akan disiram minuman beralkohol yang nantinya akan diminum sambil dijilati oleh saya, Giman dan Robin. Permainan semakin pagi semakin Hot dan semakin gila, kesemuanya ini kami lakukan hingga menjelang Subuh.
Jam menunjukkan pukul 10.18 wib. saya terbangun karena badan terasa dingin, maklum kami semua tidur dilantai. Saya lihat mereka masih tertidur pulas karena kelelahan akibat permainan gila semalaman. saya melihat Tia tidur dengan posisi telentang dengan paha sebelah kanan membuka lebar, Rani tidur diatas tubuh Giman dengan kemaluan Giman masih terbenam dilubang vagina Rani, Robin tidur berpelukkan dengan Tuti. Sudah menjadi kebiasaan setiap pagi bangun tidur tidak sendiri tetapi berdua dengan saya junior alias kemaluan yang berdiri tegang.
Saya melihat posisi Tia seperti itu, maka dengan mudah saya dapat melampiaskan ketegangan kemaluan saya ini dengan menghunjam ke lubang vagina Tia yang agak terbuka. Tia terbangung ketika kemaluan saya menguak lubang vaginanya sambil membuka paha kirinya yang lurus agar membuka lebar. Melihat hal itu Tia tersenyum dan membantu dengan menggoyangkan pinggulnya. kami main tidak terlalu lama karena sudah kelelahan akibat permainan semalam.
Setelah mencapai orgasme, saya membangunkan mereka semua agar cepat-cepat membersihkan diri dan siap-siap untuk kembali ke Jakarta. Saya memberikan sejumlah uang service kami kepada Tia dan teman-temannya. Tarifnya tidak terlalu mahal, mungkin karena mereka merasa senang berteman dengan kami dan minta kami menjadi langganan dan sering-sering mengunjungi mereka lagi.
Mungkin bagi para penggemar situs ini tidak percaya bahwa saya memberikan cuma seratus lima puluh ribu untuk menemani kami dari sekitar jam 21.30 wib s/d jam 10.30 wib. Sewa Villapun cuma seratus dua puluh lima ribu permalam. Sejak kejadian ini kami sering pergi bersama dengan kurun waktu seminggu atau dua minggu sekali. Dan merekapun sudah siap ketika kami telepon dari Jakarta.
Demikianlah kisah saya ini, lain waktu saya akan bagi cerita pengalaman yang lainnya.