watch sexy videos at nza-vids!
ceritadewasa.sextgem.com




Cerita berikut adalah tidak ada kaitannya dengan nama, tempat ataupun lokasi, kalau ada kesamaan adalah kebetulan semata.

Namaku Irwan, usiaku kini 21 tahun, tinggi sekitar 175 cm, badanku cukup athletis, karena aku rajin berolahraga. Untuk wajah menurut teman - temanku sih cukup oke. Aku baru saja masuk di salah satu universitas swasta terkenal di kota Jakarta. Aku akan membagi kisah – kisah panasku kepada para pembaca sekalian. Semua pengalaman Seksku yang kulakukan bersama mamaku, kakakku, tanteku dan juga wanita – wanita lainnya. Mulai dari remaja lugu sampai menjadi mahir, berkat bimbingan mamaku tercinta. Sebelum itu aku akan ceritakan sedikit tentang keluargaku. Pada dasarnya Keluargaku boleh dibilang berkecukupan, hal ini selain karena kemampuan bisnis mama yang baik, juga orang tua mama memberikan jatah warisan yang besar kepada anak – anaknya. Jadi untuk urusan keuangan, tidak ada masalah berarti bagi kami sekeluarga.

Mamaku, Susan, kini 41 tahun, keturunan Jawa dan ada masih darah Belanda dari pihak ayahnya ( Warisan kompeni dulu ), menikah di usia muda, dengan papa yang berbeda usia 12 tahunan, karena dijodohkan, dalam hal ini karena adanya hubungan bisnis antara orangtua mama dan papa, kini janda, bercerai dengan papaku, saat aku berusia 12 tahun. Kakakku Erni, 2 tahun lebih tua dariku, paling disayang sama oma dan opaku, waktu kakak naik ke kelas 2 SMA diminta oleh oma dan opa untuk melanjutkan di kota Bandung yang menjadi kediaman mereka. Kuliahnya pun juga di kota tersebut. Kalau lagi rajin seminggu sekali dia pulang, tapi kalau tidak amaka aku dan mama yang ke sana. Adapun mama bercerai dengan papaku, Bambang, seorang pengusaha yang sukses dan memiliki banyak Perusahaan dan bidang bisnis, karena papaku menikahi simpanannya. Mama tidak sudi dimadu Menurutku papaku itu amat sangat bodoh, meninggalkan wanita secantik dan seseksi mamaku. Aku amat membenci papaku, tidak pernah terlintas untuk memaafkannya. Sewaktu bercerai, papa memberikan rumah mewah dua lantai kepada kami, juga memberikan uang cerai yang amat besar pada mama. Untuk urusan biaya pendidikan, papa akan menanggung semua biaya yang diperlukan. Mama kemudian menggunakan uang tersebut ditambah uang yang mama miliki untuk mendirikan Perusahaan sendiri. Bergerak di bidang jasa, pelayaran, trading dan eksport – import.

Kami kini hidup bertiga saja, untuk urusan rumah tangga, mama memutuskan untuk tidak memakai tenaga pembantu, katanya buat apa, toh tidak terlalu banyak kegiatan yang dilakukan kami bertiga, rumah juga tidak terlalu kotor, untuk urusan mencuci dan setrika, untuk cuci dan setrika mama menggaji mbak yang tinggal di dekat komplek kami, sudah kerja tahunan dengan kami, mama mempercayakan kunci rumah juga padanya, tidak harus datang setiap hari. Untuk makan, bisa membeli di luar atau mama yang akan memasak. Setelah bercerai, mama mencurahkan semua hidupnya untuk kami anak – anaknya, juga untuk mengurus Perusahaan yang dikelolanya. Ternyata otak bisnis mamaku juga oke, dalam waktu singkat Perusahaannya berkembang pesat dan memiliki beberapa anak Perusahaan di dalam dan luar kota. Papaku yang brengsek itu juga suka datang menjenguk anak – anaknya, tapi bagiku tidak ada yang special dan berkesan, ya Cuma formalitas saja.

Kami bertiga hidup saling menyayangi, aku mencintai dan menyayangi mama dan kakakku, maklum ini mungkin karena aku merasa sebagai satu - satunya lelaki di rumah. Kehidupan sehari – hari berjalan biasa saja. Saat di rumah, mama tidak terlalu memperhatikan busana, kalau sudah pulang kerja atau saat santai, biasanya pakai daster atau baju tidur yang seksi dan mini. Mama tidak merasa canggung, biasa saja baginya. Kalau sedang ganti baju juga mama sering tidak menutup pintu kamarnya. Mungkin karena dia pikir toh di rumah hanya ada kami saja, dan akukan juga anaknya. Aku sih senang – senang saja dan tidak merasa aneh, maklum saat itu aku masih lugu. Kadang – kadang juga aku sering tidur di kamar mamaku, tentu saja saat itu tidak ada pikiran yang macam – macam. Mamaku sendiri sangat rajin merawat dirinya, kalau kita lihat, usianya seakan – akan masih seperti wanita yang berusia 25 tahunan saja, nggak kelihatan kalau anaknya sudah gadis dan perjaka. Mama rajin melakukan yoga dan senam, juga berenang. Kebetulan di halaman belakang rumah kami dibangun kolam yang tidak terlalu besar, dikelilingi tembok yang lumayan tinggi serta jauh dari tetangga. Mamaku sendiri memiliki wajah yang cantik, rada – rada berwajah indo, rambut panjang, tingginya sekitar 170 cm, bentuk tubuh yang menawan, perut yang masih rata, terutama dadanya yang sangat besar, yang kemudian aku tahu ternyata berukuran 38. Teman – teman yang main ke rumah mengatakan mamaku sangat seksi dan mempesona. Kakakku Erni, juga sama, mewarisi kecantikan mama, sama – sama berdada besar, walaupun tidak sebesar mama, tapi masih akan berkembang. Sepertinya wanita di keluarga mama memang memiliki dada yang besar dan aduhai, adik dan kakak mama juga sama.

Singkat cerita, 3 tahun sudah berlalu sejak perceraian sialan tersebut, waktu itu usiaku 15 tahun hampir 16, baru kelas 1 SMA, saat di mana memasuki masa tegangan tinggi dalam masa puberku. Libido remaja yang gampang naik dan mulai mau tahu lebih jauh mengenai wanita. Aku mulai sering mengakses situs – situs porno di kamarku, membaca majalah dan buku – buku porno, menonton film – film porno yang amat mudah dibeli. Apalagi kini kak Erni jarang di rumah, karena bersekolah di kota B, yah makin seringlah aku sendirian di rumah. Sering saat sedang berkumpul dengan teman – temanku, aku mendengar pengalaman mereka saat melepas keperjakaan, terus terang aku juga penasaran dan ingin sekali melakukan hal yang mereka ceritakan. Secara keuangan aku bisa dan mampu membayar wanita penghibur, bahkan teman – temanku juga menjanjikan akan membayarkan kalau aku mau, tapi aku tidak mau, karena aku takut dan juga ngeri resikonya melakukan dengan wanita penghibur.

Jujur saja, kalau sedang membuka situs porno atau menonton BF, aku paling senang melihat wanita yang sudah dewasa, memiliki dada besar , dan memiliki bulu kemaluan yang lebat, apalagi kalau memiliki bulu ketek, ugh....bisa gila aku membayangkannya.
Aku juga mulai menyadari bahwa aku terpesona dan amat menginginkan mamaku, sudah melewati batas sayang anak ke mamanya, sudah bercampur dengan perasaan erotis yang menyenangkan. Bukannya kakakku tidak cantik dan mempesona, tapi bagiku mama adalah sosok wanita yang sempurna, sudah matang. Wanita dewasa yang kecantikan dan lekuk tubuhnya memancarkan sensasi sensual tersendiri.

Perlahan tapi pasti, gairah dan hasrat di diriku semakin berkobar, aku yang dulu memandang mamaku sebagaimana mestinya, kini mulai melihat mamaku dari sudut pandang seorang pria. Kini aku sering mencuri – curi kesempatan saat mama sedang ganti baju, pura – pura duduk membaca dekat mama kalau mamaku sedang yoga, senam atau berenang. Kini aku mulai sering mengkhayalkan tubuh mama saat aku sedang bermartubasi. Selain itu aku mempunyai kegiatan baru yaitu mengintip mamaku yang sedang mandi, sebenarnya tidak bisa dibilang mengintip sih, kamar mandi mamaku itu terletak di dalam kamarnya, cukup besar ukurannya, karena di dalamnya ada bath tub, standing shower, dan wastafel serta kaca rias yang terpisah, dan saat mama mandi pintunya jarang dikunci, Cuma sedikit ditutup saja, sehingga aku cukup melihat dari celah pintu yang terbuka. Tidak puas, suatu hari timbul ideku untuk merekamnya, maka aku siapkan kamera dan dengan hati – hati merekamnya. Wah, hasil rekamannya sungguh amat indah, dan memperlancar masturbasiku. Tapi itu belum cukup, aku masih menyimpan hasrat untuk merasakan dan menyentuh secara langsung, dan dalam hal ini aku amat terobsesi dengan mamaku. Aku harus mencari cara dan kesempatan untuk memiliki mamaku seutuhnya. Kesempatanku amat besar, karena di rumah ini hanya ada aku dan mamaku, tinggal bagaimana aku mencari caranya.

Kalau aku pikirkan secara mendalam, setelah bercerai, mamaku mencurahkan hidupnya untuk bekerja dan kami anak – anaknya. Seingatku mama tidak pernah menjalin hubungan dengan pria lain, berangkat dan pulang kerjapun selalu tepat waktu. Kalaupun ada urusan kerja di luar kota,sebisa mungkin mengajak kami. Hari liburpun dihabiskan bersama kami anak – anaknya. Apa mamaku tidak punya hasrat seks lagi ? Kalau melihat umurnya rasanya tidak mungkin. Rasanya aku harus mencoba mencari tahu hal ini.

Biasanya kalau sudah selesai makan malam, aku dan mama menonton TV. Saat sedang nonton TV, biasanya aku sering menaruh kepalaku di kedua paha mama. Malam itu mama memakai baju tidur mini tanpa lengan berwarna putih, dengan belahan dada yang rendah, sehingga makin menonjolkan tetek mama yang besar tersebut, seakan tidak mampu menampung tetek yang besar tersebut. Ugh...ribet deh jadinya aku. Gairahku benar – benar membara, tongkolkupun sudah nyut – nyutan. Gelisah banget rasanya. Kami menonton tanpa bersuara. Akupun memulai percakapan.

”Ma, boleh nggak Irwan nanya sesuatu...?” kataku, sambil membalikkan kepalaku dan badanku, kini kepalaku menatap ke arah perut mama.
”Nanya apa...?”
”Jangan marah ya Ma,” kataku lagi
”Apaan sih, kok serius amat sih Wan,” kata mamaku.
”Nggak, kan mama sudah lama hidup sendiri, apa nggak mau kawin lagi ma..?” kataku.
”Ah kamu ini ada – ada saja. Nggak lah, kan mama sudah bahagia ada kamu dan kakakmu. Memang kenapa kamu tanya hal itu, mau punya papa baru ya..??” canda mamaku.
”Enggak sih, Cuma Irwan ingin nanya saja kok ma.”

Tiba – tiba aku mendapat ide untuk mencoba mencari kebutuhan seks mamaku.
”Ma, jangan marah ya, memangnya mama nggak kesepian..? Mama kan masih muda, masih punya kebutuhan biologis,” kataku hati – hati. Kurasakan mamaku sedikit menegang dan terdiam sejenak.
”Wan, kok nanyanya begitu sih, maksud kamu apa,” suara mama sedikit naik.
”Irwan kan sudah gede ma, sudah mendapat pelajaran di sekolah, jadi Irwan tahulah soal kebutuhan pria dan wanita akan hal itu. Dan Irwan mau mama tahu, kalau Irwan juga menghargai semua keinginan ma. Mungkin dulu Irwan belum paham, tapi sekarang saat sudah tahu, Irwan jadi memikirkan mama, kan mama juga punya hidup.” jawabku sekenanya.
”Wan...Wan, yang kamu pelajari itu memang benar, tapi ada juga yang namanya perasaan dan hati nak, hidup tidak hanya dari teori pelajaran saja, tapi juga dari pengalaman.” jawab mamaku.
”Maksudnya apa ma..?” tanyaku bingung.
”Sebagai wanita mama juga ada kebutuhan yang kamu katakan. Tapi mama juga tidak mau kecewa lagi Wan. Cukup sudah pengalaman pahit dari papamu itu. Bagi mama apa yang mama jalani dan juga memiliki kamu dan kak Erni, sekarang ini sudah cukup dan membahagiakan mama. Dan soal masalah kebutuhan biologis mama, mama rasa bukan masalah kamu, dan masih ada kesibukan dan cara lain untuk mengatasinya” jawab mamaku.

Suasana jadi sedikit canggung, lama kami terdiam, hanya terdengar suara dari TV saja.
”Ma, maafin Irwan yah sudah menanyakan hal yang membuat mama marah dan sedih.”
”Nggak apa – apa kok Wan. Mama senang karena Irwan perhatian sama mama.”
Kembali kami terdiam, mama mengelus – ngelus kepalaku. Aku juga diam saja, tetap dalam posisi kepala menghadap ke tubuh mama. Saat itu aku sedang berpikir, berarti mamaku sebenarnya memiliki kebutuhan seks. Tinggal bagaimana aku menciptakan situasi dan kesempatannya. Toh saat ini cuma ada aku dan mama, kak Erni tidak di rumah. Akupun memulai rencanaku.

Aku segera menaikkan kepalaku ke dada mamaku. Pura – pura bermanja – manja.
”Eh, kamu ngapain Wan...?” tanya mamaku kaget.
”Irwan sayang mama, boleh nggak Irwan nenen sama mama.”
”Ah, kamu ada – ada saja, kan kamu sudah besar nak,” mamaku tertawa.
”Iya, tapi boleh kan Irwan nenen lagi kayak anak kecil,”pintaku manja.
”Nggak ah...konyol deh kamu,”mamaku tertawa.
”Boleh ya ma, kan selama ini nggak pernah,”kataku sambil berusaha mencium puting mama.
”Jangan ah Wan,” kata mamaku berusaha dengan halus menggeser kepalaku, tapi aku terus saja bermanja – manja, akhirnya mamakupun tertawa dan berkata, ”Yah sudah deh, kali ini saja ya, tumben kamu kolokan kayak gini Wan.”

Yes, rencanaku mulai berhasil, mamapun segera menurunkan satu tali baju tidur di bahunya, terpampanglah satu tetek mama yang besar,padat dan masih kencang itu. Putih dengan puting yang juga besar. Lingkaran di sekitar pentilnya dan pentilnya berwarna coklat kemerahan. Aku benar – benar terdiam dan terpesona, walau sering mengintip, tapi berbeda sekali karena kali ini aku melihat secara langsung dari jarak dekat. tongkolku benar – benar mengeras sekali.

”Lho kok bengong, tadi katanya mau nenen,” tegur mamaku.
”Ngg, iya...iya ma, habisnya tetek mama besar banget, masih kenceng lagi,”kataku lagi.
”Ah kamu bisa aja memuji mama yang sudah berumur ini,” mamaku tertawa.
”Benar ma, benar – benar bagus dan mempesona,”jawabku jujur. Tanganku menyentuh tetek tersebut, sungguh nyaman rasanya, kenyal dan keras, sambil mendekatkan mulutku ke puting mama. Lama aku mengemut puting mamaku, sementara mamaku tetap menonton TV. Tangan mama mengelus – ngelus kepalaku, rasanya seperti anak kecil saja saat itu. Aku menghisap – hisap puting mama sambil sekali – kali memainkan lidahku. Puting itu kini benar – benar sudah membesar dan mengeras. Kurasakan mama mulai gelisah, tapi aku tetap melakukannya perlahan – lahan, aku tidak mau tergesa – gesa dan membuat mamaku curiga. Kini tanganku yang satu mulai meremas tetek mama yang satu lagi, aku meremas dan mengenggamnya tanpa melepasnya lagi. Lalu mama pun menurunkan tali baju tidurnya yang satu lagi, kini benar – benar bertelanjang dada. ”Wan, nenen yang sebelah sini juga,” kata mamaku sambil tetap menonton TV. Akupun segera memindahkan mulutku ke tetek mama yang satu lagi. Aku melakukannya tetap seperti tadi, perlahan –lahan dan berusaha senatural mungkin, walau tongkolku sudah berdenyut – denyut, tapi aku tetap sabar. ”Ugh...,”terdengar suara mamaku pelan, duduknya pun mulai gelisah, nafasnya mulai berat. Aku tetap diam saja, seolah – olah tidak tahu. Hanya kali ini aku mulai memainkan – mainkan lidahku dengan lebih cepat di puting mama. ”Ah...,” kali ini elusan mama di kepalaku mulai berubah menjadi sedikit menjambak pelan rambutku.

Akupun menghentikan kegiatan nenen tersebut, dan langsung mengubah posisiku menjadi posisi duduk, di sampingku mama duduk dengan dada telanjang, kedua teteknya yang besar benar – benar menantang, dengan puting yang dalam kondisi mengeras. Ugh...sabar dikit kataku dalam hati.

”Sudah dulu ma nenennya,” kataku santai. Sekilas aku merasa melihat raut muka mama sedikit kecewa, namun mama bisa mengontrolnya dengan baik.
”Benar nih, memangnya sudah kenyang nenennya, Wan, katanya mau kayak anak kecil,” mama mencoba menetralkan dirinya dengan bercanda.
”Iya, tapi nanti – nanti boleh lagi ya ma, Irwan senang deh bisa nenen kayak dulu.”
”Iya, iya, boleh kok, mama juga seperti mengingat kamu waktu kecil dulu” kata mamaku lagi.
Sebenarnya aku sengaja berhenti, yang penting aku sudah mendapat jalan masuk untuk melaksanakan niatku. Aku pun terdiam dan menonton TV. Mama juga menonton TV, tapi entah lupa atau disengaja, tali baju tidurnya tidak segera ia naikkan, jadilah pemandangan tetek mama yang indah terpampang jelas di sampingku. Aku pura – pura saja seperti tidak ada apa – apa. tongkolku benar – benar keras sekali saat itu, karena mataku terus melirik tetek mama.

”Ma, Irwan sudah ngantuk nih, tidur duluan ya. Irwan boleh tidur di kamar mama kan ?” tanyaku.
”Ya sudah, sana kamu duluan, iyalah boleh, biasanya juga sering tidur dikamar mama,” jawab mama.

Akupun segera bangun, dan langsung menuju kamar mama, sambil berjalan ke sana, aku tersenyum karena sebentar lagi nampaknya rencanaku akan segera berhasil. Sesampainya di kamar mama, aku segera membaringkan diri, sambil pura pura tidur, tongkolku sudah lumayan tenang kini. Tidak berapa lama mama masuk ke dalam kamar, mama ke kamar mandi sebentar, lalu naik ke tempat tidur, mengecup pipiku, mengira aku sudah tidur. Ada sekitar setengah jam aku pura –pura tidur, aku juga tidak terlalu yakin kalau mama sudah tidur pulas, tapi aku sudah menetapkan hati, Inilah saatnya, sekarang atau tidak sama sekali, tidak boleh mundur lagi. Kulihat mata mama masih terpejam. Rencanaku, kalau aku pura – pura nenen lagi, paling mama berpikir karena aku lagi kolokan.

Akupun mulai mendekatkan kepalaku ke arah mama yang sedang menghadap aku. Mula – mula aku menghisap tetek mama tanpa menurunkan tali baju tidur mama. Mama diam saja,tidak ada larangan. Tangankupun mulai berani menurunkan kedua tali baju tidur mama. Mama diam saja, tidak ada larangan. Kini aku menghisap tetek mama dengan bebasnya, tanganku yang satu mulai meremas – remas dan memainkan puting tetek mama. Mama masih terpejam, tapi kurasakan tubuhnya mulai menggeliat.

”Ugh..Ooohh..,”terdengar mama mendesah pelan. Aku makin bersemangat dan bergairah mendengarnya. Mulutkupun mulai berpindah – pindah dari puting satu ke puting lainnya. Ada sekitar 10 menit aku memainkan tetek mamaku, dengan kondisi mama tetap terpejam. Tapi aku yakin mama belum tidur. Nampaknya mama menikmatinya. Akupun makin berani dan tangankupun mulai bergerak ke bawah baju tidur mama, ke arah selangkangan mama. Saat tanganku mendarat di atas celana dalamnya, tiba – tiba tangan mama memegang tanganku, dan menepisnya dengan halus. Kini matanya tidak terpejam lagi. Mama kini dalam posisi duduk di atas tempat tidur.

”Cukup Wan, jangan lebih dari itu. Mama tahu dan mengerti kamu sudah besar, sudah masuk usia remaja, mama juga paham kamu bilang mau nenen ke mama sebenarnya karena kamu mulai ingin tahu tubuh wanita.” kata mama.
”Mama tidak keberatan kamu bermain – main dengan tetek mama, tapi jangan lebih dari itu ya Wan,”kata mama lagi.
”Tapi ma, kenapa harus begitu, mama jahat, kenapa mama seperti itu,” aku berargumen.
”Wan, aku ini mamamu, tidak boleh kita melakukan hal yang seperti kamu inginkan itu,”kata mama lagi.
”Mama bohong, sebenarnya mama menikmati kan. Sebenarnya mama juga inginkan,”aku terus menyerang pertahanan mamaku.
”Memang, tetapi hanya sampai batas itu, tidak bisa lebih jauh lagi,” jawab mama tenang.
”Irwan sayang mama, dan mama harus tahu itu, Irwan mau melindungi mama, tidak mau mama kecewa, juga mau mama menjadi yang pertama bagi Irwan, mama tidak akan kecewa atau disakiti lagi, karena Irwan menyayangi dan tidak akan pernah mau menyakiti hati mama.”

Hening sesaat, nampaknya mama terguncang mendengar kata – kataku, mama terdiam dan menundukkan kepalanya, kulihat mama meneteskan air matanya. Aku terkejut dan segera bangkit, aku peluk mamaku.

”Ma, mama marah yah...?”
”Tidak sayang, mama tidak marah, justru mama bahagia, karena Irwan menyayangi dan amat perhatian sama mama. Benar – benar tidak mau mama kecewa lagi.”
Lalu mama juga memelukku, lama kami saling bepelukkan, kemudian mama berkata kembali, ”Mama senang dan sekaligus bingung, karena kamu memilih mama sebagai yang pertama dalam hidupmu. Seharusnya kamu memilih gadis lain Wan.”
”Ma, bagi Irwan, mamalah yang terbaik, mamalah yang harus memiliki Irwan pertama kali, tidak ada penyesalan, bahkan Irwan akan merasa bahagia ma.”

Mama masih terdiam dan tetap memelukku, sudah tidak menangis lagi, tangannya membelai lembut kepalaku. Aku diam saja, membiarkan mama bermain dengan pikirannya. Lalu mama berkata kembali

”Sebenarnya kita tidak boleh melakukan hal ini, aku mamamu dan kamu anakku. Garis itu tidak boleh dilanggar...”
”Tapi ma...,”aku memprotes, tetapi diam kembali karena mama segera memotong kalimatku
”Toh yang melakukannya adalah kita, tak ada orang lain yang dirugikan, tak ada orang lain yang disakiti, semua resiko dan tanggung jawab adalah milik kita.”
”Jujur saja, mama juga wanita yang punya kebutuhan seks, tapi mama takut menjalin hubungan lagi karena mama tidak mau mama dan anak – anak mama kecewa kembali. Kala kamu mau tahu saat hasrat mama muncul dan tak tertahankan, mama menggunakan vibrator dan masturbasi, toh yang namanya gairah akan hilang, kalau sudah orgasme. Tak perlu menjalin hubungan kalau hanya untuk mengatasi hal itu.”
”Tapi tadi saat kamu minta nenen, dan memainkan puting mama, mama mulai merasakan api gairah yang ada di dalam mama, kembali menyala, walau awalnya ragu, namun mama yakin, dengan kamu mama tidak akan kecewa dan sakit, kita sama – sama menyalurkan hasrat terpendam kita.”
”Mama sadar mama tidak bisa dan trauma dengan pria lain, tapi mama tahu kalau dengan Irwan, mama tidak akan sakit, karena Irwan menyayangi mama. Juga lebih baik mama yang mengajari dan memuaskan keingintahuan seks kamu daripada kamu harus melakukannya dengan perempuan penghibur.”

Mama melepaskan pelukannya, lalu berdiri dan melepaskan baju tidurnya. Kini hanya bercelana dalam saja. Lalu mama berbaring.

”Wan, ingat ini hanya menjadi rahasia kita berdua, kamu boleh memiliki mama kapanpun, namun jangan sampai kakakmu tahu.”
”Kini kamu lakukan yang kamu inginkan ke mama, jangan takut mama akan membimbing dan mengajarimu. Nanti kamu sendiri yang harus membuka celana dalam mama. Puaskan mama dan dirimu.”
”Lakukan dengan santai saja Wan. Mama mau pengalaman pertama kamu ini menjadi pengalaman yang berkesan dan indah dalam hidupmu.”


HOME

Great Mobile Sites
Free Downloads
Best Wap Sites
New Mobile sites FREE
Click here