watch sexy videos at nza-vids!
ceritadewasa.sextgem.com


Sore itu ku lihat sebuah sms di meja!1 pesan dari nomer yang sudah biasa aku kenal.Yaw,dari teman yang sering menghampiri malam-malamku,Menyirami ku dengan berbagai kata-kata indah dan guyuran sapa canda.Sungguh malampun sungguh indah jika aku selalu berda dalam canda dan tawanya.Ku akui dia sangat mengerti apa yang aku rasakan karena dia mulanya ku ajak untuk tempat berbagi keluh kesahku.Sungguh aku ingin sekali berjumpa dengannya,untuk membuktikan sapaan-sapaan seperti di dunia maya itu.Akhirnya tidak usah panjang lebar aku langsung mandi dan bergegas menuju tempat dimana aku harus menemui dia”edwin”Jam menunjukkan pukul 6.45 malam. Masih ada waktu 1/2 jam sebelum Edwin datang. Kami belum pernah bertemu muka. Kami hanya bertemu online selama ini di ruang chat. Alasannya, ya karena aku tidak tinggal di kota yg sama dengannya. Bakalan mahal jika ingin sering bertemu. Keinginan bertemu bukan hanya karena ingin saling kenal lebih dekat tapi juga karena semakin memanasnya pembicaraan kami.
Bisa ditebak.. pembicaraan kami sudah melewati masa-masa bla bla bla.. dan berakhir dengan cyber sex. Bukan hanya sekedar chat sex tapi juga sex yg memuaskan, yah walaupun hanya di chat. Akhirnya setelah sekian lama, akulah yg memberanikan diri datang ke kota nya. Sekalian jalan-jalan. Dan malam ini, Edwin berjanji akan mengajakku makan malam bersama.
“Ting tong.. ting tong.. ting tong..”, tepat pukul 7 malam suara bel kamar hotelku berbunyi 3 kali. Aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka.., Edwin kulihat berdiri di depanku. Tampak gagah dan maskulin. Ternyata tidak jauh berbeda dari foto yg di kirimkannya ke emailku.
Sebaliknya, kulihat Edwin tertegun dengan apa yang kupakai malam ini. Aku mengenakan gaun tipis krem sepaha dengan tali kecil di pundak. Matanya masih tertegun melihat bercak 2 bulatan BH 34B di dadaku dan g-string yg tembus pandang tersorot lampu di gang.
“Silakan masuk..” kataku sambil menarik tangannya dengan manja. Hanya saja Edwin sepertinya tidak sabar dengan kedatanganku yg sudah ditunggu-tunggunya. Tanganku ditariknya lembut, badanku dipeluknya dengan hangat. Hingga wajahku tepat berada di depan wajahnya. “Aku kangen banget sama kamu, sayang” ucapnya sambil berniat menciumku. Aku berusaha menjauh, tapi tak kulepas dekapannya. Kututup bibirnya dengan telunjukku. “Eiitt.. sabar dong, win. Masak mau serobot aja sih. ” aku mengerling nakal padanya. Dan kuajak ke sofa di kamarku. Kubiarkan dia duduk di sana dan bukan di tempat tidur yg terbentang di depan kami.
“Mau minum apa? Aku hanya punya bir dan coca cola kaleng,” ucapku seraya melangkah ke kulkas. “Bir saja, enak minum bir dengan wanita cantik seperti kamu,” Edwin mulai sadar rupanya.. hingga bisa berbicara lebih banyak. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Aku ambil bir buatnya dan coca cola buat aku sendiri. Aku duduk di sebelah kanannya. Saat kuteguk minumanku, kaki kananku kusilakan di atas kaki kiriku. Karena bajuku tidak seberapa panjang, terbuka deh pahaku. Walaupun Edwin juga sedang menegak minumannya, matanya tidak henti-hentinya melihat pahaku yg putih mulus.
“Kamu cantik sekali, Sarah,” tangannya mulai berkelana. Kali ini mengusap-usap pahaku. Dan menggeser badannya. “Kamu juga ganteng,” bisikku manja di telinganya. Semakin tidak sabaran dia. Nafasnya kudengar sudah tidak teratur. Kaleng birnya dan kaleng coca colaku ditaruhnya di atas meja kecil sebelahnya.
“Aku kangenn banget sama kamu. Aku ingin ‘telen’ kamu.. Sar” gitu istilah Edwin jika ingin mulai main. Kecupan kecil mendarat di bibirku. Aku balas dengan lembut. Kulihat matanya penuh dengan rasa kangen. Kecupannya berubah menjadi ciuman yang lebih bernafsu. Lidahnya bermain-main dengan penuh nafsu di mulutku diikuti dengan nafasnya yang tak tertahankan. Begitu lincahnya membuat aku pun mulai terangsang, kubalas juga dengan permainan lidahku di mulutnya. Kehangantan meliputi kami berdua. Duduk kami semakin mendekat. Tangan kanannya memelukku dg lembutnya. Tangan kirinya sudah mulai berjalan lebih jauh di pahaku. “hmm.. hmm..” desahku seirama permainan lidah kami. Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya. “Aku kangen kamu juga, win” di sela-sela permainan lidah kami.
Hingga akhirnya Edwin tak tahan, dan dengan perlahan namun pasti Edwin membuka gaunku tanpa mengurangi kehangatan kami. Sekarang tinggal bra tanpa tali dan g-string putihku. Kulihat matanya terpukau dengan pemandangan di depannya. “Bikin kamu tambah kepingin, ya win,” kerlingku nakal. “Iya, sayang..” jawabnya sambil tangannya mulai menjelajahi lipatan gunungku. Dielusnya, dipandangnya, dielusnya lagi dan dikecupnya bra ku. Ahh.. lembutnya. “Kita ga jadi makan malam, win?” tanyaku mangingatkan. “Ga laper aku, aku lebih laper kamu..” senyumnya.
Sambil perlahan berdiri, aku tarik tangannya. Dengan isyarat mataku, Edwin tahu aku minta dia berpindah ke tempat tidur. Kudorong dia, mengisyaratkan supaya dia berbaring di tempat tidur. Kubiarkan dia bertanya-tanya dalam hati. Dengan pakaian yang lengkap kubiarkan dia berbaring. Aku naik juga ke tempat tidur, dengan hanya mengenakan bra dan g-string. Aku naik ke atasnya. Kucium lembut bibirnya. Perlahan aku buka kancing kemejanya. Dibantunya aku dengan sedikit mengangkat badannya, hingga aku bisa melepaskan kemejanya dengan mudah. Di hadapanku sekarang terbentang dada bidangnya. Kucium perlahan dadanya. Kujilat-jilat putingnya, yang kiri .. yang kanan. Aku tak tahu apa yg dirasakannya. Yang kutahu tangannya mengelus-elus lembut rambutku. “Sarah.. enak sayang..” lidahku meneruskan perjalanannya. Sedikit ke bawah, jilatanku semakin membuatnya semakin gemas mengusap-usap rambutku. Perutnya pun tak lepas dari jilatanku. “Kamu pintar ya..” bisiknya tertahan.
Hingga ke bawah perut. Masih ada celana panjang yg menutup gerakan-gerakan tak karuan dibaliknya. Ada onggokan yg ingin segera terlepaskan. Aku lirik Edwin, dan matanya memintaku untuk membebaskan. Aku menggeleng nakal.. “Ngga, ah.. sabar dong..” aku lanjutkan lagi kecupanku. Aku kecup tonjolan itu. Cup..cup..cup.. Aku tersenyum lebar, sewaktu kulihat matanya memohon dengan sangat.
“Tunggu ya.. aku pingin kecup dari luar dulu.” Aku kecup lagi. Aku masukan tonjolan itu di mulutku. “Sarah nakal ya.. buka dong, sayang. Aku ngga tahan, nih” Akhirnya kubuka ikat pinggangnya. Dan resletingnya. Kulirik lagi, matanya sudah semakin memohon. Akhirnya kubuka celana panjangnya. Terpikir lagi keinginan untuk mengganggunya. Kubiarkan CD nya. Kukecup lagi tonjolannya yang sudah semakin besar itu. Ahh.. kalo mau jujur, aku juga sudah tidak tahan melihatnya. Ingin kutelan rasanya. Tapi aku ingin mengganggunya juga.. hehe.. Aku masukan tonjolan itu ke mulutku. Kukulum perlahan. Ahh.. gerakannya semakin tak karuan. “Sarah.. buka sayang, bukaa..”
Aku buka juga akhirnya. WOW.. besaarr sekalii.. aku tak percaya mataku. Dengan tak sabar kupegang batang besar itu. Aku usap-usap. “Suka sayang?” tanya Edwin. “Suka banget. Punyamu besar banget, win” Aku jilat-jilat pinggirannya. Dari atas ke bawah, Aku balik lagi dari bawah ke atas. Sesekali kurasakan gerakannya yg semakin tak henti. “Enakk sayangg.. teruuss..” pintanya. Kujilat belahannya. Lidahku bermain-main di sana. Membuat gerakan nakal. Semakin cepat, seirama kocokan tanganku yang juga semakin cepat. Aku masukan kepalanya ke mulutku. Aku sedot seperti makan es krim. Sesekali lidahku bermain di belahannya.
“Aghh.. enakk..” Aku semakin menjadi-jadi mendengar erangannya. Kubuka bra ku. Biar gerakanku semakin lepas. Kusentuh buah dadaku dengan penisnya. Kuputar-putar penisnya mengelilingi dadaku. Melingkari bongkahanku dan putingku. Yg kiri.. yg kanan.. ahh.. enaknya. Kumasukan lagi ke mulutku, kali ini lebih dalam. Hampir menyentuh ujung mulutku. Aghh.. sedapnya.
Aku sedoott lebih lama. “srrpp.. srpp..” Aku mainkan juga lidahku di dalam sana. Kuempot sampe terdengar suaraku sendiri. “Aghh.. enak sayang. Enak banget. Kamu pinterr.. terus sayang..” erangnya. Kulepas lagi.. kali ini tanganku yg bermain. Kukocok perlahan, perlahan dan akhirnya lebih cepat. Matanya terpejam menahan gejolak yg ada. Kutahu.. pasti dia tidak mau keluar sekarang. Hehe.. dasar cowok. Aku mau kerjain lagi ahh..
Kulepas batangnya. Edwin terkaget-kaget. “Kok udahan, sayang. Aku belum puas nih..” aku hanya tersernyum. Aku kecup bibirnya dan memintanya untuk berlutut di ujung tempat tidur. Gantian aku yang merebahkan tubuhku di hadapannya.
“Mainkan penismu, win.. kocok-kocok sendiri ya. Aku suka liat cowok mengocok penisnya. ” Dia mengerti maksudku. Aku memang suka bangeett. Hadiahnya, aku juga mau beronani di hadapannya. Aku pejamkan mataku.. tanganku bergerilya di tubuhku. Tangan kiri dan kananku bermain di dadaku. Ahh.. enaknya sentuhanku sendiri. Aku basahi jari telunjuk tangan kananku dengan memasukkan ke mulutku. Kubuka mataku, ingin kuliat apa yg sedang Edwin perbuat. Ah gantengnya. Dengan penis yang sudah membesar, dikocok-kocoknya terus batangnya. Bikin aku semakin terangsang.
Aku masukan jariku perlahan ke mulutku.. kukulum jariku..kusedot. Kunikmati getaran yg ada. “Ehmm..mhhmm..” sambil mendesah-desah, badanku kugoyangkan. Kubasahi putingku dg jariku. Kulingkari putingku, sambil kulirik Edwin dengan lirikan nakal. “Kamu nakal, yaa..” sahut Edwin sambil mengocok penisnya. Matanya memancarkan kesenangan sekaligus, kelaparannya.. Kubasahi lagi sebelah buah dadaku. Kulingkari lagi.. “Uuughh.. ” erangku menahan sensasi.
Kemudian tangan kananku turun ke bawah.. ke perutku.. “Ughhghh..” badanku kuangkat sedikit ke atas. “Terus sayang..” Edwin tak tahan lagi menunggu jalannya tanganku. Kuturunkan lagi. Ke atas g-stringku. Kugosok-gosok perlahan. Sambil mendesah..”mmhhmm..ehmm..” Kuselipkan satu jari ke baliknya. “Aghh..”.. kurasakan memiawku sudah basah. Semakin mudahnya aku memainkan jariku di sana. “Kasih liat dong sayang..” Edwin memohon supaya aku membuka g-stringku. Aku semakin menjadi-jadi.. “Sabar dong, win..” sambil jariku kumasukan ke memiawku..”AGGgghh..” oh nikmatnya.. tangan kiriku semakin gencarnya meremas-remas buah dadaku. Gerakan badanku semakin tak karuan. Bergoyang ke sana kemari.
Akhirnya kubuka g-stringku. Kuturunkan perlahan. Sampai di lututku..”Bukain dong, win..” dengan cepat ditariknya g-stringku. “Ngga tahan ya..” kerlingku lagi. Kubuka pahaku lebar-lebar. Biar Edwin bisa melihat lebih jelas. Kumasukkan jari telunjuk kananku ke memiawku. “Aaagghh..nikmat..” maju mundur.. pelan-pelan. Kunikmati sensasi yg ada. memiawku semakin basah. Kutambahkan jariku, kali ini 2 jari. “Aghh.. ” kugoyangkan badanku. Ketika jariku keluar, kuarahkan badanku ke jari. Ketika kumasukan kumundurkan badanku. Semakin licinn.. semakin dalamm.. semakin menggila kumasukan jarikuu.. “Oghh..Oghh..”
Tangan kiriku berpindah. Kugunakan jari kiriku memainkan klitorisku. “aghh.. ” semakin lama semakin tak terbendung lagi.. kugerak-gerakkan terus jariku. Keluar masuk. Keluar masuk. Semakin cepat. Akhirnya.. “Ahh..” aku tak tahan lagii.. becek deh. Basah. Becek. Aku lemas.. Di ujung sana, Edwin tersenyum puas melihat pemandangan tadi. “Kamu cantik sekali, sayang.. aku suka melihatnya.” Edwin mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“Masih mau aku?” tanyaku. “Mau dong sayang..” Kami berciuman lagi. Penisnya yg besar, terasa di belahan pahaku. Kadang terasa menyenggol memiawku. Ciumannya yg lembut sangat menyentuh. Lidahnya mencari-cari lidahku. Edwin tahu sekali menghidupkan gariahku kembali. Nakal dia, di awal-awal chat kami, dia menyelidiki apa yang aku suka. Kini badan kami yg tanpa benang sehelaipun saling berpelukan dalam kehangatan. “mmhh..hmm.” desahku merasakan lembut ciumannya. Ciuman Edwin berpindah ke leherku, dijilatnya leherku, yg semakin membuat aku terangsang.
“Edwinn..”
“Ya sayang..”
Jilatannya semakin turun, ke dadaku.. ke buah dadaku. “Aghh..” kurasakan buah dada kiriku basah oleh jilatannya. Sementara yg kanan diremas-remas olehnya. “Enak, winn..” dijilatnya yg kanan, dan yg kiri diremas-remasnya.
“Winn.. teruss.. turun win..” Mukanya terangkat..
“Sabar dong sayang..” gantian lirikan nakalnya menggangguku.
“Kamu jahatt.. ” ujarku sambil mengelus-elus kepalanya.
Jilatannya semakin turun. Perutku kena gilirannya. Diputar-putar lidahnya di pusarku. “Aghh..” semakin turun lagi. Dibukanya pahaku lebih lebar. Jarinya membuka memiawku. Kurasakan klitorisku dijilatnya lembut.. “Ughh.. enak winn..” Dikulumnya hangat. Semakin lama semakin cepat. “Winn.. enakk..” bukan lagi klitorisku yg dijilatnya. Semakin ke bawah.. memiawku dibukanya dengan kedua jarinya. Supaya lidahnya bisa masuk leluasa..”Oughh.. ennaakk .. winn..” pantatku melonjak-lonjak kenikmatan.
Dimasukkan lagi lidahnya lebih dalam, bikin aku semakin tak kuasa menahan gerakan pinggulku. “Enak winn.. ohh..oh.. enak winn..” Edwin semakin bernafsu mendengar eranganku. Sodokan lidahnya semakin menjadi-jadi. Biarpun badanku tak bisa diam, Edwin tak perduli.. “Edwinn.. enak bangett..teruuss” pantatku sedikit diangkatnya. Sekarang bukan hanya memiawku yg dijilat tapi juga lubang anusku. Dijilatinya memutar lubang anusku. Sensasinya berbeda sekali. Jilatannya kembali ke memiawku. Dengan posisi memiawku agak di atas, dimasukannya memiawku ke dalam mulutnya. Aku kaget sekali tapi enakk.. “Edwinn.. kamu apain memiawku..” Edwin tak menggubris, semakin dilahapnya memiawku. Diisep, dijilat, trus diisep lagi .. disedotnya klitorisku dengan sedotan yg wowww.. aku ga tau lagi apa perasaanku yg ada aku menjeritt.. “Agghh.. Edwinn..” kurasakan cairan hangat keluar dari memiawku. Gilaa.. lemes aku.
Tapi Edwin ngga mau menunggu lama lagi. Ditindihnya tubuhku. Dibukanya pahaku. Didekatkannya batangnya ke lubang memiawku. Digesek-gesek.. “ouhh..” dimasukkannya perlahan-lahan .. “Aahh..” rintihku. Kupejamkan mataku menikmati. Oughh.. nikmatnya. Sedikit demi sedikit batangnya menembus lebih dalam. “Achh.. enakk..teruss winn..” Edwin menggerak-gerakkan badannya. Didorongnya perlahan.. “AAagghh.. yg cepat win.. yg keras.. ” pintaku. Gerakannya berubah cepat. Dorongannya pun semakin keras, hingga badanku ikut terdorong. “Ooohh enakk.. teruuss..” penisnya terasa nikmat.
“Enak sayangg..?” .
“Iya.. teruss winn..”
Aku semakin menggila, kakiku kuangkat dan kulipat mengelilingi pinggangnya. Kujepit lama tatkala Edwin mendorong masuk. “Ohh..” Gerakannya bukan hanya semakin keras tapi juga semakin cepat. Tubuhku juga semakin cepat bergerak mengikuti iramanya. “Aghh.. Sar, memiaw kamu enakk..” kali ini bukan hanya eranganku, tapi juga erangannya. “Punyamu juga enak, sayangg..”
Tak disangka, Edwin mencabut penisnya dan mengubah posisiku ke doggy style. Sleebb.. penisnya menembus memiawku yang basah kuyub. “Oughh.. ennaakk sayangg..” kuputar-putar pantatku mengimbangi permainannya.
“Sarahh.. gila kamuu..”
“.. teruuss masukin memiawku. Yang keras winn..” Edwin semakin mengganas, erangannya pun tak kalah ganas..”Agghh.. memiaw kamu Sar..enakk.. enak ngent*t sama kamu sayangg..aghh..” kata-katanya sudah tak beraturan. Badannya terus bergerak. Mendorong penisnya yg uenakk banget. Dikecupnya punggungku, diremasnya buah dadaku. Semakin membuatku ke puncak kenikmatan..
“Winn.. aku mau keluaar..”
“Tunggu sayangg.. tahan bentarr..” gerakannya semakin cepat dan semakin liar “Aghh..” erangannya semakin tak karuan. Semakin cepat, semakin liar.. aku semakin tak tahan..
“Winn.. ” bersamaan.. jeritanku berpadu dengan jeritan keras Edwin.. “Achh.. aku keluar sayangg.. achh..” kurasakan cairan hangat membasahi memiawku berpadu dengan cairanku.
Lemasnya lemasnya..
Tubuh Edwin memeluk erat tubuhku yg menjatuhkan diri ke tempat tidur. Aku balikkan badanku. Kupeluk dia dengan hangat dan senyum yg memuaskan..
“Makasih sayang. Kamu sudah memuaskan aku.” Andi mengecup keningku.
“Ternyata kamu seperti yg aku bayangkan. Cantik dan liar di tempat tidur. Aku sayang kamu, Sar”. Kamipun berpelukan, lupa akan janji kami malam itu, untuk merayakan pertemuan kami dengan makan malam bersama. Lagipula sudah jam 1 dini hari. Tak kusangka selama itu kami bermain.

HOME
Streaming Bokep Indonesia